Pertamina membeberkan sulitnya menjalankan program BBM satu harga karena membutuhkan proses yang begitu panjang. Untuk pengiriman BBM ke lokasi tertinggal, terdepan, terluar (3T) dibutuhkan hingga tujuh kali pergantian moda transportasi.
Direktur Logistik & Infrastruktur Pertamina Mulyono mengatakan akan terus mendukung program pemerintah terkait penyediaan akses energi yang berkeadilan. Namun perlu diketahui, untuk mendistribusikan BBM satu harga mempunyai tantangan yang cukup berat.
Salah satunya yaitu mekanisme transportasi yang digunakan dalam pengiriman BBM memerlukan kombinasi moda transportasi. "Seperti pendistribusian untuk di wilayah Papua, kami sampai tujuh kali pindah moda angkutan. Bahkan ada di tujuh lokasi BBM harus naik pesawat," kata dia dalam peresmian 17 titik BBM satu harga, Kamis (16/9).
Mulyono menjelaskan rantai panjang pendistribusian BBM satu harga tersebut dimulai dari proses pengambilan BBM di Kilang Balikpapan yang kemudian dikirim menggunakan kapal tanker berkapasitas 30 ribu ton menuju terminal BBM Wayame, Ambon. Kemudian lanjut ke terminal BBM Merauke, Papua dengan kapal tanker 3.500 ton.
Setelah dari terminal BBM Merauke, pasokan BBM akan dibawa ke Boven Digoel melalui jalur darat sejauh 55 km menggunakan mobil tangki. Distribusi kemudian dilanjutkan lagi dengan kapal dengan menempuh jarak 345 nautical miles menuju Bandara Boven Digoel.
"Setelah sampai, (BBM) pindah lagi ke pesawat. Itu sejauh 91 nautical miles dari Bandara Oksibil, itu di bawa truk sejauh 2 km baru sampai ke SPBU 8699514. Jari tujuh kali bisa sampai ke sana," katanya.
Adapun untuk menjalankan pendistribusian BBM satu harga di wilayah tersebut, perusahaan migas pelat merah ini setidaknya harus mengeluarkan ongkos yang lumayan besar. Biaya distribusi BBM normalnya Rp 300 per liter, namun untuk BBM satu harga mencapai Rp 2.500 per liter atau lebih 8 kali lipat biaya distribusi normal.
Dengan peresmian 17 titik lokasi baru BBM satu harga, secara keseluruhan program ini telah hadir di 297 lokasi. 17 titik yang diresmikan hari ini berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah, Musi Banyuasin, Seruyan, Malinau, Sintang, Ketapang, Bengkayang, Landak, Melawai, Boven Digoel, Merauke, Singkil, Lamandau, dan Tambrauw.
Keberadaan BBM satu harga menurunkan harga bahan bakar dengan signifikan di wilayah . Seperti di Maluku dan Papua, harga BBM bisa berkisar Rp 12.000-100.000 per liter, di Kalimantan Rp 8.000-40.000 per liter, di Sumatera Rp 8.000-9.000, sedangkan di Nusa Tenggara berkisar Rp 8.000-9.000 per liter.
Kemudian Sulawesi harga BBM sebelum adanya program ini berkisar Rp 8.500-25.000 per liter. Bahkan di Jawa, Madura, dan Bali, harga BBM di wilayah terpencil bisa mencapai Rp 8.000-10.000.
Menteri ESDM Arifin mengatakan bahwa kebijakan BBM satu harga merupakan wujud nyata kehadiran pemerintah di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) dalam menyediakan energi yang terjangkau.
"Untuk 2021 sekarang ini kami resmikan 17 penyalur BBM maka di tahun 2021 sudah ada 44 penyalur BBM yang melaksanakan penyaluran BBM satu harga dari target 76," kata dia disiarkan secara virtual, Kamis (16/9).
Menurut Arifin, ketersediaan energi yang terjangkau sangat penting untuk mendorong perekonomian masyarakat. Pemerintah sendiri menargetkan 583 penyalur BBM satu harga dapat terbangun hingga tahun 2024.