Konsumsi BBM di Libur Nataru Diramal Melonjak, BPH MIgas: Pasokan Aman

ANTARA FOTO/Fauzan/foc.
Petugas SPBU menggunakan alat pelindung wajah di SPBU kawasan Kebon Nanas, Kota Tangerang, Banten, Minggu (17/5/2020).
4/11/2021, 17.02 WIB

BPH Migas memprediksi konsumsi BBM jenis solar bersubsidi atau jenis BBM tertentu (JBT), jelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) diprediksi tak akan naik. Ini terjadi karena pada umumnya, kegiatan niaga menurun.

Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman menilai dengan kondisi tersebut, maka kuota solar subsidi pada tahun ini yang sebesar 15,8 juta kiloliter (KL), diharapkan mencukupi. Adapun untuk konsumsi solar bersubsidi hingga September realisasinya telah mencapai 11,29 juta KL atau 71,45% dari alokasi.

"Sebaliknya untuk gasoline (bensin) berpotensi naik mengingat umumnya pada akhir tahun banyak masyarakat yang bepergian dengan kendaraan bermotor," ujarnya kepada Katadata.co.id, Kamis (4/11).

Untuk BBM jenis Pertalite dan Pertamax misalnya, konsumsinya telah melonjak masing-masing sekitar 24,93% dan 5,58%. Meski begitu, dia memastikan bawah sejauh ini stok seluruh jenis BBM masih tergolong aman.

"Diharapkan penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan ini terus meningkat dan menjadi pilihan masyarakat kita karena juga lebih irit dan lebih bersih dibanding premium," ujarnya.

Pjs Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga-Sub Holding Commercial & Trading, Irto Ginting mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menyediakan BBM dan memastikan pasokan BBM dalam kondisi aman. Baik itu gasoline maupun gasoil.

Sementara, untuk solar subsidi Pertamina akan terus memastikan bahwa penyalurannya tepat sasaran. Antisipasi yang dilakukan antara lain memonitor real time stock, kebutuhan, dan konsumsi secara real time.

"Serta berkoordinasi dengan aparat serta stakeholder terkait untuk menindaklanjuti informasi jika terjadi pelanggaran atau penyelewengan penyaluran," katanya.

Sebelumnya, DPR menuding BPH Migas tidak mengantisipasi dengan baik lonjakan permintaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi seiring dengan turunnya level PPKM. Akibatnya, terjadi kelangkaan di sejumlah daerah di Indonesia.

Anggota Komisi VII DPR Kardaya Warnika, menilai kelangkaan yang sempat terjadi beberapa waktu lalu itu lantaran proyeksi BPH Migas akan kebutuhan solar bersubsidi tahun ini meleset. Menurut dia penetapan kuota BBM tahun ini hanya membandingkan kebutuhan BBM pada 2020.

Padahal tahun ini diharapkan kasus Covid-19 mulai melandai. Sehingga, seharusnya BPH Migas dapat membandingkan kebutuhan solar bersubsidi tahun ini dengan keadaan sebelum virus Covid-19 muncul.

"Tahun 2021 dibandingkannya dengan 2020. Tahun ini kan diharapkan Covid-19 mereda. Kalau mau diprediksi 2021 pada akhir ini haruslah proyeksikan dari keadaan sebelum terjadi Covid-19. Jadi pertama salah prediksi," kata Kardaya. Simak databoks berikut:

Reporter: Verda Nano Setiawan