PLN Ramal Konsumsi Listrik 2022 Naik 4% Jika Covid-19 Menjadi Endemi

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/aww.
Pekerja beraktivitas di Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (Gitet) transmisi Jawa bagian timur dan Bali di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (8/4/2020).
29/11/2021, 15.10 WIB

Berdasarkan data PLN, saat ini perusahaan melayani 81,53 juta pelanggan dengan pertumbuhan 4,57% YoY. Penambahan pelanggan pada Oktober 2021 terhadap September 2021 mencapai 301.461 pelanggan, sedangkan sampai dengan Oktober 2021 sebanyak 2.866.925 pelanggan.

Sementara, rasio elektrifikasi pelanggan rumah tangga dan pelanggan rumah tangga non-PLN triwulan III 2021 adalah 97,20%. Komposisi jumlah pelanggan rumah tangga PLN sebanyak 74,86 juta atau 97,20% dan jumlah pelanggan rumah tangga non-PLN sebanyak 1,69 juta atau 2,20%.

PLN melayani 150.234 MVA daya tersambung, dengan pertumbuhan 6% YoY. Penambahan daya tersambung Oktober 2021 terhadap September 2021 sebesar 933 MVA, sedangkan sampai Oktober 2021 sebesar 7.074 MVA.

Sedangkan untuk data penyaluran subsidi, kompensasi, hingga stimulus, hingga Oktober ini perusahaan setrum pelat merah ini telah menyalurkan subsidi sebesar Rp 40,43 triliun, kemudian untuk kompensasi Rp 19 triliun, dan untuk stimulus sebesar Rp 10,16 triliun.

Sebelumnya, Executive Vice President Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN Edwin Nugraha Putra mengklaim angka konsumsi listrik periode Oktober 2021 memecahkan rekor tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

"Meskipun sebelumnya ada tekanan Covid-19, tapi bouncing cukup cepat. Hingga November ini, kenaikan energi konsumsi yang tinggi melebihi catatan kami dibandingkan beberapa tahun lalu," ujarnya.

Saat ini, total kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 63,3 gigawatt (GW). Kapasitas ini dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

Sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN akan menambah pembangkit baru dengan kapasitas mencapai 40,6 GW. Dalam peta jalan itu, pembangkit berbasis energi hijau akan mendominasi sistem ketenagalistrikan Indonesia.

"Sekitar 51,6% dari total pembangkit tersebut atau sekitar 20,9 GW akan berasal dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT)," ujar Edwin.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan