Kelangkaan Batu Bara di PLTU Bukan Hanya Masalah Ketersediaan Stok

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/rwa.
Ilustrasi. Ancaman dari cuaca ekstrim juga dapat menambah risiko pasokan batu bara.
Editor: Agustiyanti
10/1/2022, 15.23 WIB

Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) menyebut, kelangkaan batu bara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tak hanya disebabkan masalah stok dari produsen tetapi juga kendala logistik. 

Ketua Umum APLSI Arthur Simatupang menjelaskan, masalah kelangkaan batu bara di PLTU tak hanya terbatas pada stok dari produsen. Ketersediaan kapal tongkang untuk mengangkut batu bara ke berbagai PLTU yang tersebar di Indonesia juga kerap menjadi penyebabnya.

"Jadi faktor logistik juga penting untuk diperhatikan. Kalau logistik tidak diperhatikan  juga akan berdampak terhadap kelangkaan batu bara," katanya dalam Energy Corner, Senin (10/1).

Untuk itu, menurut dia, pihaknya berharap pemerintah dapat memberikan solusi permanen atas permasalahan kelangkaan batu bara yang sering terjadi. Solusi tersebut harus sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang antara lain memuat transisi energi bersih. 

Arthur mengatakan, para produsen listrik memiliki antusiasme yang tinggi terhadap rencana pemerintah mendorong transisi energi bersih. Harapannya, ketergantungan terhadap sumber energi fosil seperti batu bara untuk kelistrikan berkurang. 

"Ini membutuhkan pekerjaan rumah sama-sama sehingga kita bisa melakukan diversifikasi energi," katanya.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam upaya mengamankan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik. Pertama, menyesuaikan produksi batu bara dengan kebutuhan PLN grup dan IPP. Kedua, ketersediaan infrastruktur dan logistik untuk memasok batu-bara ke PLTU.  "Jadi bukan sekedar masalah produksi saja," katanya.

Fabby mengatakan, ancaman dari cuaca ekstrim juga dapat menambah risiko pasokan batu bara. Produksi batu bara pada tahun lalu terganggu akibat cuaca buruk yang menyebabkan gelombang tinggi sehingga menyulitkan bongkar muat batu bara. Selain itu,  terjadi banjir di Kalimantan Selatan pada awal tahun dan pertengahan 2021.

"Karena itu perlu ada pengurangan risiko pasokan batu bara, dengan cara mengurangi ketergantungan terhadap batu bara," katanya.

Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM pada hari ini, produksi batu bara nasional sepanjang 2021 hanya mencapai 606,5 juta ton. Angka ini setidaknya hanya mencapai 97,04% dari target produksi batu bara nasional sebesar 625 juta ton.

Reporter: Verda Nano Setiawan