PT Adaro Energy melalui anak usahanya PT Adaro Aluminium menargetkan smelter aluminium di Kalimantan Utara beroperasi pada 2024. Nantinya, smelter tersebut akan memproduksi bahan baku alumunium yang digunakan untuk membuat kendaraan listrik.
Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir mengatakan smelter tersebut diharapkan dapat mendukung program hilirisasi di sektor pertambangan agar menambah nilai jual dari produk yang dihasilkan.
Pria yang kerap disapa Boy tersebut menambahkan, dalam satu dekade ke depan, Indonesia akan bergeser dari negara agraris menjadi negara industri dengan material sumber daya alam, seperti aluminiun, timah, nikel, dan tembaga.
“Adaro alumunium akan direalisasikan segera, tahun 2023 kami akan fokus untuk bagaimana bisa mengeksekusi proyek itu dengan baik dan berharap pada 2024 itu sudah terealisasi,” ujar Boy kepada awak media secara daring, Senin (18/4).
Melalui PT Adaro Aluminium, Boy menyampaikan harapannya agar Adaro bisa berkontribusi dalam pengembangan kendaraan listrik dan baterai listrik. Harapan ini muncul saat dirinya berkunjung ke Amerika Serikat (AS).
Di sana, ia melihat pabrik pembuatan kendaraan listrik yang sebagian besar komponennya dibuat dari aluminium. “Di AS, kendaraan elektrik itu sasis dan body-nya itu dibuat dari aluminium Jadi ringan sekali,” sambungnya.
Boy menambahkan, saat ini dirinya juga sudah ditawari oleh sebuah perusahaan luar negeri untuk mendirikan smelter alumunium yang kedua. Namun, dirinya menolak lantaran masih fokus pada pengembangan smelter yang baru separuh rampung tersebut. “Kami fokus dulu deh ke smelter jilid 1 ini dulu,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, PT Adaro Aluminium Indonesia menandatangani Surat Pernyataan Maksud Investasi (Letter of Intention to Invest) sebesar US$ 728 juta atau sekitar Rp 10,4 triliun untuk membangun smelter aluminium di Kawasan Industri Hijau Indonesia yang tengah dibangun PT Kalimantan Industrial Park Indonesia.
Wakil Presiden Direktur Adaro, Ario Rachmat, berharap Adaro dapat membantu mengurangi impor aluminium. Adapun untuk mengembangkan industri ini, Adaro juga akan menggandeng mitra kerja dari luar negeri yang sudah memiliki rekam jejak, pengalaman, teknologi terkini dan pengetahuan secara menyeluruh di industri aluminium.
Ario pun optimistis permintaan dunia atas produk aluminium akan terus meningkat, terutama untuk kabel, baterai, dan sasis. "Kami juga berharap di masa mendatang, industri lainnya seperti industri panel surya dan mobil listrik yang membutuhkan aluminium juga bisa diproduksi di sini," tukasnya.