Boy Thohir: Teknologi CCUS untuk PLTU Akan Ekonomis 10 Tahun Lagi

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/hp.
Pekerja menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumsel 8 di Tanjung Lalang, Tanjung Agung, Muara Enim, Sumatera Selatan, Selasa (16/11/2021).
23/4/2022, 18.50 WIB

Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia, Garibaldi Thohir atau Boy Thohir optimistis teknologi CCUS (carbon capture, utilization, and storage) atau penangkapan dan penyimpanan karbon akan ekonomis dalam waktu 10 hingga 15 tahun ke depan. Teknologi itu biasa diterapkan di sejumlah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).  

Menurut dia, transisi energi merupakan sebuah keniscayaan, namun perlu diketahui peran batu bara masih penting. Oleh sebab itu peran teknologi menjadi kunci dalam pemanfaatan batu bara. Boy mengatakan, PLTU Batang bahkan telah menggunakan teknologi Super Ultra Critical yang rendah emisi.

“Ada yang namanya carbon capture, di PLTU batang belum ada. Ke depan, teknologi PLTU ini makin canggih kalau suatu saat ini bisa menerapkan carbon captore itu sudah nol emisi. Mungkin 10 sampai 15 tahun ke depan,” kata Boy dalam IDE Katadata 2022, Rabu (6/4). 

Adaro saat ini memproduksi batu bara sekitar 55 sampai 56 juta metrik ton per tahun. Batu bara Adaro memiliki pembeli di 17 negara, diantaranya Jepang, Hong Kong, China, dan Korea Selatan.

Boy membeberkan, batu bara Adaro memiliki karakteristik yang unik. Pasalnya, jenis kandungan batu bara Adaro mempunyai sulfur yang rendah. “Dan sisi kalori yang tidak terlalu tinggi cocok untuk PLTU,” sambungnya.

Sebagai informasi, PT Adaro Energy Indonesia akan mulai melakukan transisi energi dari fosil ke energi terbarukan. Boy Thohir mengatakan, Adaro akan fokus ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan juga PLTA.

“Ini ada dua peluang besar, negeri ini mendapat anugerah Tuhan yaitu sinar matahari yang berlimpah, tapi energi solar tidak bisa 24 jam jadi mesti dikombinasikan dengan hydro, gas, batubara jadi mixed energy,” ujarnya.

Menurut Boy, PT Adaro Energy sudah mempunyai PLTS dengan skala kecil di Kalimantan Selatan dan akan mengembangkan PLTS lainnya di Batam, Bintan dan Kalimantan Utara.

“Adaro juga harus bertransformasi yang tadinya coal related businesses, kita harus ikuti kondisi zaman. Jadi kita harus transformasi dari based on batubara saya ma uke renewable energy. Dalam visi saya, itu akan lebih proaktif ke PLTA,” tukas Boy.

Dengan produksi tahunan sekitar 50 juta ton, PT Adaro Energy Tbk menjadi salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia. Per September 2021, produksi batu bara Adaro Energy mencapai 39,64 juta ton.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu