Raksasa perusahaan minyak milik negara Arab Saudi, Saudi Aramco, berhasil memecahkan rekor laba bersih kuartalan tertinggi sejak perusahaan go public pada 2019 lalu. Pencapaian ini berkat tingginya harga minyak mentah dan besarnya marjin pengolahan minyak.
Aramco mengikuti jejak perusahaan minyak besar lainnya seperti Exxon Mobil Corp, Chevron, British Petroleum (BP) yang melaporkan kinerja keuangan yang kuat dengan rekor laba bersih di tengah lonjakan harga energi imbas ketatnya pasokan global. Sanksi barat terhadap Rusia atas perang di Ukraina juga semakin mendisrupsi pasar energi.
“Perusahaan mengharapkan permintaan minyak untuk terus tumbuh selama sisa dekade ini meskipun di tengah potensi tekanan ekonomi global dalam jangka pendek,” kata CEO Saudi Aramco Amin Nasser dalam laporan yang dikutip Reuters, Senin (15/8).
Saudi Aramco membukukan laba bersih sebesar 181,64 miliar riyal atau sekitar US$ 48,39 miliar pada kuartal II 2022, meningkat 90% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 95,47 miliar riyal. Capaian tersebut juga jauh di atas proyeksi pasar sebesar US$ 46,2 miliar.
Perusahaan mengumumkan dividen kuartal II sebesar US$ 18,8 miliar, sesuai dengan target, yang akan dibayarkan pada kuartal ketiga. Adapun harga saham Saudi Aramco sepanjang tahun ini telah meningkat lebih dari 25%.
Nasser mengatakan bahwa ia prihatin atas kurangnya investasi global dalam proyek hidrokarbon yang menyebabkan kapasitas cadangan sangat terbatas. “Saudi Aramco siap untuk meningkatkan produksi minyak hingga kapasitas maksimum 12 juta barel per hari (bph) jika diminta pemerintah Saudi,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa total produksi minyak dan gas (migas) perusahaan rata-rata 13,6 juta barel setara minyak per hari pada kuartal kedua. Perusahaan bekerja untuk meningkatkan produksi dari berbagai sumber energi.
“Termasuk energi terbarukan dan hidrogen biru serta minyak dan gas, karena bekerja pada keamanan energi dan tujuan iklim,” kata Nasser. Belanja modal meningkat 25% menjadi US$ 9,4 miliar pada kuartal tersebut dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021.
Aramco mengatakan terus berinvestasi dalam pertumbuhan, memperluas bisnis bahan kimia dan mengembangkan prospek dalam bisnis rendah karbon dan saat ini juga tengah mempelajari peluang di sektor liquid-to-chemicals dengan fokus pada pasar Asia.
Sebelumnya, pada Juli Exxon mengumumkan telah membukukan laba kuartalan terbesarnya sebesar US$ 17,9 miliar, meningkat hampir empat kali lipat dari tahun sebelumnya. Sementara perusahaan besar Eropa Shell dan Total Energies juga diuntungkan dari lonjakan marjin untuk membuat bahan bakar seperti bensin dan solar.
“Pasar saham Saudi, naik 11% tahun ini, sangat menjanjikan untuk listing perusahaan dalam waktu dekat,” kata Nasser. “Ada kemungkinan bahwa Aramco mungkin mendaftarkan beberapa entitas di dalam perusahaan.”
Seorang sumber mengatakan bahwa Aramco sedang bekerja untuk menggabungkan dua unit perdagangan energi, dengan Aramco Trading Co untuk menyerap Motiva Trading, menjelang potensi penawaran umum perdana bisnis tersebut.