PT Vivo Energy Indonesia berencana menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) 90 setara Pertalite atau Revvo 90. Meski demikian Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum mengajukan izin penjualan BBM tersebut.
"Belum ada izin penjualan, nanti saya cek dulu," kata Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (14/10).
Kementerian ESDM sebenarnya akan menghentikan peredaran dan penjualan BBM beroktan rendah atau memiliki RON dibawah 90 mulai 1 Januari 2023. Keputusan tersebut diatur dalam Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) No. 85.K/HK.02/DJM/2022.
Direktur Teknik dan Lingkungan Kementerian ESDM, Mirza Mahendra mengatakan pemerintah bakal menyetop peredaran bensin premium (RON 88) dan Revvo 89 (RON 89) milik Vivo.
"Mulai 1 Januari 2023, spek terendah bensin RON 90. Seluruh BBM Jenis bensin dengan oktan di bawah 90 tidak dapat dipasarkan di dalam negeri. Revvo 89 memiliki octane number di bawah 90," kata Mirza kepada Katadata.co.id, Kamis (8/9).
Rencana Vivo untuk menjual BBM Revvo 90 yang memiliki nilai oktan atau RON setara dengan Pertalite milik Pertamina memancing beragam tanggapan dari sejumlah pihak. Meski bakal dijual sesuai harga pasar, keberadaan Revvo 90 dinilai dapat mengurangi pendapatan Pertamina.
Di sisi lain, sejumlah kalangan juga menilai keberadaan Revvo 90 dapat membantu mengurangi beban Pertamina akibat menjual Pertalite di bawah harga keekonomian.
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menyambut langkah pemerintah yang mengizinkan perusahaan swasta untuk menjual BBM RON 90. Menurut dia, tumbuhnya minat swasta untuk menjual BBM RON 90 akan mengurangi beban Pertamina dalam menjual Pertalite.
"Saya mendukung Vivo jual RON 90. Gak masalah kalau nanti harga Revvo 90 itu di bawah Pertalite, sekira Rp 9.500 per liter," kata Mamit pada Rabu (12/10).
Sikap berseberangan ditunjukan oleh Direktur Eksekutif Indonesian Resources Study (IRESS), Marwan Batubara. Dia menilai langkah SPBU swasta untuk menjual BBM RON 90 setara Pertalite berpotensi merebut pangsa pasar atau total penjualan Pertalite di pasar.
Skema ini dikhawatirkan merusak cross subsidy atau subsidi silang yang dilakukan pemerintah. "Ini berpotensi mengambil pangsa pasarnya Pertamina dan kemampuan subsidi silang ke komoditas lainnya turun," kata Marwan.