PR Besar Hilirisasi di Tengah Rencana Larangan Ekspor Timah Batangan

Wahyu Dwi Jayanti | KATADATA
Ilustrasi pabrik pemurnian dan pengolahan mineral.
28/10/2022, 06.30 WIB

Pemerintah diharapkan segera membangun hilirisasi industri di dalam negeri sebelum menerapkan larangan ekspor timah balok atau tin ingot karena masih minimnya serapan di dalam negeri saat ini yang hanya 5% dari total produksi.

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan kebijakan larangan ekspor produk tambang merupakan langkah positif untuk mendorong hilirisasi dalam negeri. Akan tetapi, langkah tersebut bisa berdampak buruk apabila kebijakan larangan ekspor diterapkan tanpa membangun industri dalam negeri.

Mamit menilai, pemerintah harus lebih selektif dalam memilih komoditas tambang yang siap dan layak untuk dikenakan larangan ekspor. Kebijakan penyetopan ekspor tanpa menyiapkan industri manufaktur bisa berimbas pada tersendatnya rantai pasok.

“Kalau serapannya hanya 5%, lalu tiba-tiba dilarang, ini lantas akan dibuang kemana? Buat apa ada larangan ekspor kalau berdampak negatif, padahal harapannya ada efek berganda dari kebijakan itu,“ kata Mamit saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Kamis (27/10).

Mamit menjelaskan, jika serapan dalam negerti tak optimal, operasional sektor kegiatan pertambangan hingga pabrik smelter pembuatan timah batangan akan ikut berhenti sehingga berpotensi menciptakan pengangguran yang berdampak pada macetnya penerimaan daerah dan negara.

“Pemerintah harus hati-hati dalam menerapkan hilirisasi, jika tidak para penambang dan pengusaha smelter timah balok akan terganggu dengan kebijakan ini,“ ujar Mamit.

Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, mengatakan pemerintah bisa menjalin kerja sama antar negara untuk mendirikan pabrik manufaktur pengolahan timah batangan di dalam negeri, seperti Cina, Jepang dan Korea Selatan.

Dia menilai, penyerapan komoditas tambang hasil hiliriasasi tak boleh hanya dibebankan pada insiatif industri lokal. Pemerintah harus lebih aktif untuk menggandeng perusahaan global untuk menyerap produk timah batangan.

“Saya kira kalau hanya diserahkan ke perusahan domestik tak akan terserap seluruhnya, maka harus ada kerja sama dengan perusahaan asing untuk bangun industri penyerapan timah batangan di dalam negeri,“ kata Ferdy.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu