Pemerintah berencana menjual gas bumi, dengan volume 100 sampai 150 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), ke negara tetangga Vietnam pada 2026. Pasokan gas tersebut akan disuplai dari Blok Tuna, Kepulauan Natuna, yang saat ini dikelola oleh ZN Asia Ltd., anak usaha perusahaan migas asal Rusia, Zarubezhneft bersama Premier Oil, yang berinduk kepada Harbour Energy.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengatakan ekspor gas akan dikirimkan melalui jaringan pipa. "Potensinya di Blok Tuna 100-150 MMSCFD, kami target 2026 sudah bisa ekspor," kata Arifin kepada wartawan di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (23/12).
Arifin menjelaskan, permintaan gas bumi dari Vietman ditujukan untuk memenenuhi kebutuhan energi domestik dengan kapasitas daya listrik mencapai 240 Terawatt hour (TWh). Menurut Arifin, tingkat serapan listrik per kapita Vietnam lebih tinggi dari Indonesia, terutama serapan di sektor Industri.
"Penduduk Vietnam 99 juta, tapi kapasitas tenaga listriknya 240 TWh. Sedangkan Indonesia kapasitas listrik 270 Twh dengan penduduk 276 juta," ujar Arifin.
Sebelumnya diberitakan, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut bahwa Premier Oil Tuna B.V. saat ini tengah bersiap mengajukan rencana pengembangan (POD) di Blok Tuna. Pada November tahun lalu perusahaan berhasil menemukan cadangan migas yang terletak di lepas pantai Natuna Timur, tepat di perbatasan Indonesia-Vietnam.
"Mereka sedang bersiap-siap dengan POD nanti diharapkan proyeknya bisa jalan," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Rabu (2/2) lalu.
Sementara Deputi Perencanaan SKK Migas, Benny Lubiantara, mengatakan temuan cadangan di Blok Tuna diperoleh melalui pengeboran dua sumur delineasi Singa Laut (SL)-2 dan Kuda Laut (KL)-2. Pada 2014 lalu, Premier Oil melakukan pengeboran sumur eksplorasi dengan dua kaki yang menyasar pada potensi hidrokarbon di struktur SL-1 dan struktur KL-1.
Dari kedua kedua sumur tersebut berpotensi minyak dan gas dari Formasi Gabus, Arang, dan Lower Terumbu. "Potensi hidrokarbon dari struktur SL dan KL ini kemudian dikonfirmasi kembali dengan melakukan pengeboran dua sumur delineasi SL-2 dan KL-2 pada tahun 2021,” kata dia.