Rusia akan memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari atau sekitar 5% dari produksinya saat ini mulai Maret 2023. Pemangkasan ini sebagai balasan atas pembatasan harga minyak mentah dan produk minyak Rusia oleh negara Barat.
Pemangkasan produksi ini dipastikan akan berdampak pada harga minyak. Saat ini harga minyak acuan global, Brent, terpantau naik US$ 1,84 per barel atau 2,18% menjadi US$ 86,34 per barel dibandingkan sehari sebelumnya. sedangkan WTI naik US4 1,67 per barel atau 2,14% menjadi US$ 79,73 per barel.
Sebelumnya Rusia bersama negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC dan sekutunya, atau lebih dikenal dengan OPEC+, telah menyepakati pemangkasan produksi sebesar 2 juta bph hingga akhir tahun ini untuk menopang pasar.
“Sampai hari ini kami sepenuhnya menjual seluruh volume minyak yang diproduksi. Namun seperti yang dinyatakan sebelumnya, kami tidakakan menjual minyak kepada mereka yang secara langsung atau tidak langsung mematuhi prinsip batas harga,” kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, seperti dikutip Reuters, Jumat (10/2).
“Dalam hal ini, Rusia akan secara sukarela mengurangi produksi sebesar 500 ribu bph pada Maret. Ini akan berkontribusi pada pemulihan hubungan pasar,” tambah Novak.
Kremlin, sebutan pemerintah Rusia, mengatakan bahwa Rusia telah mengadakan pembicaraan dengan beberapa anggota kelompok produsen OPEC+ mengenai keputusannya untuk memangkas produksi.
Novak kemudian mengatakan bahwa Rusia tidak mengadakan konsultasi formal karena pemotongan itu bersifat sukarela. Dua delegasi OPEC+ mengatakan bahwa OPEC+ tidak merencanakan tindakan setelah Rusia mengumumkan pengurangan produksi minyak.
Saat Rusia menavigasi labirin pembatasan yang telah diberlakukan Barat dalam upaya untuk menghentikan pendapatannya dari minyak, pemotongan produksi menunjukkan bahwa batasan harga pada produk minyak Rusia memiliki beberapa dampak.
G7, Uni Eropa, dan Australia setuju untuk melarang penggunaan asuransi, keuangan, dan perantara maritim yang dipasok Barat untuk minyak Rusia yang berlayar di laut dengan harga di atas US$ 60 per barel mulai 5 Desember sebagai bagian dari sanksi Barat terhadap Moskow atas konflik di Ukraina.
Uni Eropa juga memberlakukan larangan pembelian produk minyak Rusia dan menetapkan batas harga mulai 5 Februari. Pada gilirannya, Rusia telah melarang kesepakatan yang melibatkan penerapan mekanisme batas harga.
Dampak Sanksi Barat Terhadap Minyak Rusia
Adapun penurunan besar terakhir dalam produksi minyak Rusia terjadi pada bulan April ketika jatuh hampir 9% setelah pengenalan sanksi Barat atas Ukraina. Sejak itu, Rusia berhasil membangun rantai logistik untuk penjualan minyaknya, yang fokus pada pasar Asia.
Keputusan Rusia untuk memangkas produksi minyak diumumkan hanya sembilan hari setelah panel OPEC+, di mana Rusia adalah salah satu anggotanya, mendukung kebijakan produksi kelompok produsen minyak saat ini, meninggalkan pengurangan produksi yang disepakati tahun lalu.
“Rusia percaya bahwa mekanisme 'batas harga' dalam penjualan minyak dan produk minyak Rusia merupakan campur tangan dalam hubungan pasar dan kelanjutan dari kebijakan energi yang merusak dari negara-negara kolektif Barat,” kata Novak.
Juru bicaranya kemudian mengatakan bahwa pemotongan itu hanya berlaku untuk minyak mentah, tanpa kondensat gas, sejenis minyak ringan. Produksi minyak Rusia tahun lalu naik 2% menjadi 535 juta ton (10,7 juta bph) berkat lonjakan penjualan ke Asia, terutama ke India dan Cina.
Namun, menyusul serangkaian sanksi baru dari Barat, Rusia menghadapi lebih banyak tantangan dalam menjual minyak, sumber utama pendapatan anggaran negara, yang membukukan defisit US$ 25 miliar pada Januari.
Volume ekspor yang lebih rendah menyusut surplus neraca berjalan Rusia sebesar 58,2% menjadi US$ 8 miliar pada Januari, menekan penyangga modal Rusia pada saat Moskow meningkatkan pengeluaran anggaran.