SKK Migas memastikan Pertamina bakal membentuk konsorsium yang terdiri dari dua sampai tiga perusahaan untuk menjalankan akuisisi 35% saham yang dilepas oleh Shell pada pengelolaan Proyek Abadi LNG Blok Masela.
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengatakan bahwa Pertamina dan Shell sudah sepakat perihal prosesi pengajuan proposal atau binding offer pada April mendatang.
"Informasi dari Shell bahwa pada April pertamina dengan konsorsiumnya akan mengajukan binding offer," kata Dwi saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Jumat (31/3).
Dwi menambahkan, anggota konsorsium itu juga bakal diumumkan oleh Pertamina berbarengan dengan proses binding offer. Nantinya, konsorsium tersebut akan berkolaborasi dengan Inpex Corporation sebagai operator sekaligus pemegang saham mayoritas Blok Masela. "Konsorsiumnya itu Pertamina yang mengungkapkan," ujar Dwi.
Di lokasi yang sama, Menteri ESDM Arifin Tasrif mendorong Pertamina untuk segera mengajukan proposal alih aset atau pengambilalihan 35% saham hak partisipasi pengelolaan Proyek Abadi LNG Blok Masela. "Kalau targetnya April maka jangan mundur-mundur lagi, kita harapkan Pertamina siap," kata Arifin.
Arifin menyampaikan bahwa sejauh ini sudah ada beberapa perusahaan asing yang menghubungi pemerintah untuk meminta data proyek Blok Masela. Satu diantaranya yakni perusahaan migas asal Tiongkok, PetroChina. "Ada pihak-pihak yang mau gabung, mungkin lebih maunya," ujar Arifin.
Kendati demikian, Arifin belum bisa memberi perincian perihal berapa besaran nilai dari prosesi alih aset yang diajukan oleh Pertamina di dalam rencana pengajuan tersebut. "Itu rahasia internal, mereka masih B to B. Kalau sudah deal, angkanya pasti diumumkan," ujar Arifin.
SKK Migas pernah menyampaikan bahwa Pertamina perlu menyiapkan US$ 1,4 miliar atau setara Rp 21 triliun untuk mengakuisisi 35% PI Shell di Blok Masela. Besaran itu menghitung pengeluaran Shell saat mengelola Blok Masela, yakni US$ 875 juta untuk PI 35% dan US$ 700 juta untuk investasi.