Perusahaan Migas Dunia Jadi Kunci Eksplorasi Cekungan Warim dan Seram

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp.
Sebuah kapal berlabuh di sekitar stasiun terapung suplai minyak dan gas lepas pantai di perairan Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (11/11/2020).
3/4/2023, 15.37 WIB

Indonesia memiliki dua cekungan migas yang belum dieksplorasi yang diklaim memiliki potensi sumber daya migas raksasa atau giant discovery., yakni pada cekungan Warim di Papua Timur berbatasan dengan Papua Nugini, dan cekungan Seram di Maluku.

Potensi sumber daya migas di kedua cekungan tersebut disebut lebih besar dari sumber daya yang dimiliki Blok Masela. Pengembangan cadangan migas pada cekungan Seram di Maluku dan Warim di Papua dinilai bisa mendatangkan nilai positif bagi ketahanan energi nasional.

Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) mendorong pemerintah untuk segera mengaktifkan kembali ekplorasi migas di area terbuka itu dengan menggandeng perusahaan migas internasional. Langkah tersebut dinilai menjadi pilihan yang relevan untuk menekan resiko ekplorasi hingga pendanaan investasi yang tinggi.

Sekretaris Jenderal Aspermigas, Elan Biantoro, mendorong pemerintah untuk segera memasukan cekungan Seram dan Warim ke dalam daftar lelang langsung maupun tender regular. Elan mengusulkan bahwa calon pengelola cekungan tersebut dapat berasal dari perusahaan migas global.

Sementara itu, para pelaku usaha domestik berperan sebagai kontraktor pengeboran hingga jasa pengerjaan well service. Adapun well service adalah perawatan sumur minyak yang dilakukan secara rutin untuk mempertahankan produksi tanpa mengubah zona produksi.

"Kami memahami bahwa ini membutuhkan kapasitas pendanaan yang besar, sehingga pemerintah lebih baik menggandeng investor dengan reputasi internasional," kata Elan dalam Energy Corner CNBC pada Senin (3/4).

Pemerintah menemukan potensi minyak jumbo hingga 33 miliar barel di dua cekungan migas di Warim. Cekungan Seram disebut memiliki potensi minyak sebesar 7.596 juta barel (MMBO) dan gas 13,69 triliun kaki kubik (TCF). Sementara Cekungan Warim menyimpan potensi minyak 25.968 MMBO dan gas bumi 47,37 TCF.

"Sekarang belum diapa-apakan oleh negara, itulah potensi besar untuk diinvestasikan. Namun pertanyaannya, siapa yang akan berinvetasi di situ," ujar Elan.

Pada forum yang sama, Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu, Endro Hartanto, menyapaikankan bahwa Pertamina berpeluang untuk mengelola dua cekungan migas yang terletak di Indonesia Timur tersebut.

Adapun tantangan eksplorasi migas di cekungan Warim yang berlokasi di wilayah perbatasan dengan Papua Nugini itu terletak pada lokasinya yang berada di kawasan hutan konservasi dan taman nasional Lorentz. Kondisi tersebut membuat proses eksplorasi lebih terbatas.

Kementerian ESDM sedang menjalin komunikasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) guna meneruskan izin pengembangan cekungan Warim.

"Jika Subholding Pertamina Hulu Energi diberikan kepercayaan untuk mengelola cekungan Warim dan Seram tentunya dengan senang hati, ini karena akan menambah portofolio, kami sangat welcome kalau ada tambahan aset baru," kata Endro.

Sebelumnya, Cekungan Warim kini menjadi open area usai dilepas oleh perusahaan migas asal Amerika Serikat, ConocoPhillips pada 2015. Namun ada sejumlah kendala dalam upaya eksplorasinya.

Beberap kendala tersebut yaitu ketersedian data yang terbatas pada Cekungan Seram., serta lokasi cekungan Warim yang tumpang tindih dengan taman nasional Lorentz.

Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Mohammad Kemal, menyampaikan bahwa saat ini pemerintah tengah aktif menjajaki kembali kegiatan eksplorasi di cekungan Warim mengingat adanya potensi sumber daya migas yang besar.

"Saat ini sedang diformulasikan kegiatan eksplorasi untuk menggerakkan aktivitas di sana," kata Kemal lewat pesan singkat pada Kamis (12/1).

Sementara itu, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sedang menjalin komunikasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) guna meneruskan izin pengembangan cekungan Warim yang lokasinya berada di kawasan hutan konservasi dan taman nasional Lorentz.

"Itu pertama yang akan kami lakukan, hubungannya dengan KLHK. Kami harus kejar kerjasama bagaimana realisasikan itu, kan ada taman nasional. Tapi kalau di luarnya masih bisa, kami akan mulai dari wilayah di luar taman nasional, itu dulu," ujarnya di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (5/1).

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu