Harga minyak dunia relatif tak mengalami pergerakan usai bank sentral Eropa mengikuti langkah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps). Sebelumnya harga minyak jatuh lebih dari 4% usai The Fed naikkan suku bunga.
Brent ditutup naik 17 sen atau 0,24% menjadi US$ 72,50 per barel. Brent sempat menyentuh level US$ 71,43 pada perdagangan intraday usai The Fed menaikkan suku bunga. Sementara WTI turun 4 sen atau 0,06% menjadi US$ 68,56 per barel.
WTI pada awal perdagangan Kamis turun ke sesi terendah US$ 63,64 per barel yang merupakan harga terendah sejak Desember 2021. Kedua harga minyak acuan dunia tersebut berada pada jalur koreksi mingguan 9%.
Harga minyak jatuh minggu ini setelah kekhawatiran tentang ekonomi AS dan tanda-tanda pertumbuhan manufaktur yang lemah di importir minyak terbesar dunia Cina. Harga merosot lebih jauh setelah The Fed menaikkan suku bunga pada Rabu yang semakin membatasi prospek pertumbuhan ekonomi jangka pendek.
Namun, Fed memberi sinyal bahwa mereka mungkin menghentikan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk memberikan waktu kepada para pejabat untuk menilai dampak dari kegagalan bank baru-baru ini dan untuk mendapatkan kejelasan tentang perselisihan mengenai kenaikan plafon utang AS membantu mendukung pasar.
ECB meningkatkan tiga suku bunga kebijakannya sebesar 25 basis poin, kenaikan terkecil sejak bank sentral mulai menaikkannya musim panas lalu, dan tetap membuka opsinya untuk pergerakan di masa depan karena melawan inflasi zona euro yang sangat tinggi.
Seiring dengan gangguan investor atas pesan bank sentral, indeks saham Wall Street berada di bawah tekanan Kamis dari kekalahan lain di saham bank AS, yang terhuyung-huyung akibat runtuhnya bank regional besar ketiga selama akhir pekan.
“Kemampuan minyak untuk pulih hari ini meskipun pasar saham secara signifikan lebih rendah membuktikan beberapa dukungan harga independen,” kata presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch, seperti dikutip Reuters pada Jumat (5/5).
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, memulai pengurangan produksi sukarela pada awal Mei.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada hari Kamis bahwa Rusia mematuhi janji sukarela untuk memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari (bpd) dari Februari hingga akhir tahun.
“Apa yang kami lihat adalah kombinasi dari hambatan ekonomi dan skeptisisme bahwa pemotongan OPEC akan benar-benar terjadi,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.