Dua perusahaan migas asing, Repsol dan Petronas sepakat untuk tidak memperpanjang tambahan waktu eksplorasi (TWE) Blok Andaman III yang berakhir pada 23 Juni 2023 lalu.
Keputusan tersebut menyusul hasil negatif pada kegiatan eksplorasi di Sumur Rencong-1X yang mendapati hasil kering atau tidak menemukan cadangan migas alias dry hole.
Stakeholders Relations Manager Repsol Indonesia, Amir Faisal Jindan, mengatakan pihaknya bersama Petronas telah mengajukan dokumen pengembalian kontrak pengelolaan Blok Andaman III kepada Badan Pengelola Migas Aceh alias BPMA. Di blok Andaman III, Repsol menguasai hak partisipasi sebesar 51% dan Petronas 49% dengan recoverable reserve 1,89 juta barel minyak ekuivalen.
"Kami, Repsol dan Petronas sepakat untuk tidak melanjutkan kegiatan di Andaman III dan mengembalikannya ke negara melalui BPMA. Sekarang on progress," kata Amir saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Selasa (18/7).
Dia mengatakan hasil pengeboran Sumur Rencong-1X tidak sesuai dengan ekspektasi hasil seismik 3D pada akhir tahun 2017 silam. Pengeboran Sumur Rencong-1X merupakan komitmen kerja pasti yang sudah dikerjakan Repsol.
Namun, pembuktian melalui pengeboran sumur yang terletak di Laut Utara Aceh, Perairan Selat Malaka sedalam 4.000 meter menembus dasar laut itu menunjukan hasil dry hole.
"Estimasi waktu itu memang cukup besar, bisa menghidupkan kembali Arun. Tapi pembuktian prospek hidrokarbon itu harus lewat pengeboran dan hasilnya nol," ujar Amir.
Dia menceritakan, Repsol dan Petronas kini beralih untuk mengembangkan Blok Sakakemang di Sumatera Selatan. Di sana, Petronas dan Repsol masing-masing menggenggam hak kelola sebesar 45%. Adapun, Mitsui Oil Exploration Co. Ltd (MOECO) memegang 10%. "Untuk Sakakemang mudah-mudahan bisa produksi di awal tahun 2028," kata Amir.
Pada kesempatan tersebut, Amir mengatakan bahwa biaya pengeboran di lepas pantai atau offshore lebih tinggi ketimbang pengeboran migas di darat. Menurutnya, pengeboran satu sumur migas di laut menelan biaya hingga US$ 100 juta, jauh lebih tinggi dari ongkos bor sumur onshore senilai US$ 30 juta.
"Investasi migas di proyek laut itu besar, belum lagi buat anjungan lepas pantai dan bangun kilang. Untuk di darat memang besar di pembebasan lahan," ujar Amir.
Sebelumnya, SKK Migas menyampaikan bahwa perusahaan migas asal Spanyol, Repsol Andaman B.V, mundur dari proyek pengeboran lapangan migas di Blok Andaman III yang terletak di Laut Utara Aceh.
Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf, mengatakan bahwa Repsol telah mengajukan permintaan angkat tangan dari Blok Andaman III lewat pengembalian kontrak pengelolaan sejak Juni lalu.
"Repsol bulan Juni lalu sudah mengajukan untuk mengembalikan Blok Andaman III, proses pengembalian ini akan menjadikan Blok Andaman III sebagai status open area," kata Nanang dalam Konferensi Kinerja Hulu Migas Semester I 2023 pada Senin (18/7).
Lebih lanjut, kata Nanang, Repsol tidak akan melanjutkan kegiatan eksplorasi di Sumur Rencong-1X Blok Andaman III karena telah mengajukan total relinquishment atau pelepasan total ke negara.
Pengeboran Sumur Rencong-1X merupakan komitmen kerja pasti yang sudah dikerjakan oleh Repsol. "Secara target gagal, karena formasi sumur lebih tua. Open area ini pasti akan ditawarkan lagi. Beberapa kandidat sudah ingin masuk," ujar Nanang.