Harga minyak turun 1% pada penutupan perdagangan Senin (7/8) waktu setempat. Investor waspada terjadi permintaan yang lebih lemah dari Cina dan Amerika Serikat yang merupakan dua negara ekonomi terbesar dunia.
Harga minyak mentah Brent menetap 90 sen, atau 1,04% lebih rendah, pada US$ 85,34 per barel. Minyak mentah antara West Texas Intermediate AS turun 88 sen, atau 1,06%, menjadi US$ 81,94 per barel.
Analis memprediksi permintaan AS yang lebih rendah setelah musim panas berakhir dan masyarakat mengurangi aktivitas mengemudinya. Sementara permintaan Cina melemah merujuk pada penurunan pariwisata.
"Jika Anda tidak membutuhkan banyak bensin, Anda tidak membutuhkan banyak minyak."kata Robert Yawger, direktur energi berjangka untuk Mizuho Securities USA, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (8/8).
Indeks dolar pulih dan naik terhadap mata uang utama karena pejabat Federal Reserve membuat komentar yang mendukung kenaikan suku bunga tambahan, Senin (7/8). Dolar yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya.
Gubernur Fed, Michelle Bowman, mengatakan kenaikan suku bunga tambahan kemungkinan akan diperlukan untuk menurunkan inflasi guna memenuhi target 2% Fed.
Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia, pekan lalu memperpanjang pemotongan produksinya hingga akhir September. Sejalan dengan pengurangan produksi, Saudi Aramco juga telah menaikkan harga jual resmi untuk sebagian besar grade yang dijualnya ke Asia untuk bulan ketiga di bulan September.
Sementara Rusia menambah keketatan pasokan dengan pengumuman akan memangkas ekspor minyak sebesar 300.000 barel per hari pada bulan September.
Berikut perkembangan harga minyak selama tiga bulan terakhir, seperti tertera dalam grafik.