Polusi udara di DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya kian mengkhawatirkan hingga menarik langkah Presiden Joko Widodo untuk menggelar rapat terbatas pada Senin, 14 Agustus kemarin.
Menurut situs pemantau kualitas udara global, IQAir, kualitas udara ibu kota siang hari ini, Selasa (15/8), berada pada peringkat ke-7 terburuk di dunia.
Mengutip IQAir, indeks kualitas udara Jakarta siang ini yaitu 153 pada pukul 14.00. Sementara nilai indeks untuk sepanjang hari ini tercatat mencapai 162. Nilai indeks tersebut masuk ke dalam kategori “merah”, tidak sehat. Nilai indeks kualitas udara Jakarta hari ini juga lebih buruk dibandingkan sehari sebelumnya dengan nilai indeks 152.
Dalam rapat bersama jajaran menteri, pria yang akrab disapa Jokowi ini menganalisis penyebab pencemaran udara di Jakarta selain transportasi adalah sektor industri yang menggunakan batu bara.
"Pembuangan emisi dari transportasi dan juga aktivitas industri di Jabodetabek, terutama yang menggunakan batu bara di sektor industri manufaktur," kata Jokowi usai Rapat Terbatas di Istana Negara, Senin (14/8).
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyampaikan kombinasi aktivitas sektor industri, transportasi hingga pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Banten dan Jawa Barat menjadi penyebab buruknya kualitas udara di DKI Jakarta.
Ketua Kampanye Walhi DKI Jakarta, Muhammad Aminullah, menjelaskan sumber polusi udara di ibu kota berasal dari sumber bergerak dan tidak bergerak.
Sumber bergerak mengacu pada aktivitas transportasi kendaraan bermotor yang menimbulkan gas buang karbon dioksida. Produksi polusi udara yang dihasilkan dari sektor transportasi lebih cepat menyebar karena mengikuti gerak kendaraan bermotor.
Sementara itu, sumber tak bergerak yakni aktivitas pembuangan karbon dioksida yang dilakukan pada suatu tempat dan berlangsung secara berkelanjutan. Seperti pembangunan proyek jalan, aktivitas kawasan industri dan pabrik dan PLTU batu bara.
Dia menambahkan, peran asap bakar dari PLTU batu bara di Banten dan Jawa Barat juga menjadi salah satu faktor memburuknya kualitas udara Jakarta belakangan ini. Walhi menilai PLTU menyumbang 20-30% polusi udara di Jakarta, sedangkan transportasi 30-40%.
Berdasarkan riset hasil Walhi dan Greenpeace, terdapat 10 PLTU batu bara yang berjarak 100 kilometer (Km) dari Ibu Kota. Berikut daftarnya:
1. PLTU Lestari Banten Energi
PLTU milik swasta itu terletak di Ibu Kota Provinsi Banten, Serang dengan kapasitas 670 Megawatt (MW). PLTU yang menggunakan teknonologi boiler supercritical itu mulai melaksanakan operasi komersial sejak 2017.
Proyek yang termasuk dalam program 35.000 MW itu menelan biaya investasi mencapai US$ 1 miliar.
2. PLTU Suralaya unit 1-7
PLTU Suralaya terletak di Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten atau persisnya 7 kilometer arah timur laut dari Pelabuhan Merak. PLTU yang dibangun pada tahun 1984 itu punya kapasitas 3.400 MW
3. PLTU Suralaya unit 8
PLTU berkapasitas 625 MW mulai beroperasi pada 28 Desember 2011. PLTU yang terletak di Desa Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten itu kerap disebut sebagai PLTU Suralaya Baru.
4. PLTU Labuan unit 1-2
PLTU yang mulai beroperasi pada 2009 itu memiliki kapasitas total 600 MW untuk pasokan listrik pada sistem Jawa Bali. PLTU Labuan Unit 1 dan 2 mengkonsumsi batu bara sebagai bahan bakar sebanyak 180.000 Kg per jam setara dengan pemakaian BBM 69.000 liter per jam.
5. PLTU Merak Power Station unit 1-2
PLTU Merak Power Station terletak di Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten berkapasitas 120 MW. Pada bulan Agustus 2007, PT Merak menandatangani kontrak senilai US$108 juta dengan Shanghai Electric untuk merancang, membangun, menugaskan, dan menyelesaikan pembangkit tersebut.
6. PLTU Lontar unit 1-3
PLTU Lontar adalah salah satu proyek PT PLN Unit Induk Jawa Bagian Barat berkapasitas 945 MW. PLTU Lontar memasok tiga subsistem wilayah DKI Jakarta dan Banten yaitu, Subsistem Balaraja, Subsistem Kembangan, dan Subsistem Muara Karang-Gandul. PLTU Lontar terletak di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Tangerang, Provinsi Banten
7. PLTU Lontar Extension Unit 4
PLTU Lontar Extension Unit 4 mampu menghasilkan listrik sebesar 315 MW untuk memasok listrik Jawa Bagian Barat. PLTU Lontar terhubung dengan sistem kelistrikan Jawa-Bali melalui jaringan transmisi 150kV dan 500kV.
8. PLTU Babelan unit 1-2
PLTU Babelan mulai beroperasi secara komersial pada 2007 dan memiliki kapasitas 280 MW. PLTU tersebut telah dilengkapi dengan sistem biomassa pada 2021
9. PLTU Pindo Deli dan Paper Mill II
PLTU yang terletak di Karawang, Jawa Barat itu memiliki kapasitas 50 MW
10. PLTU Pelabuhan Ratu unit 1-3
PLTU Pelabuhan Ratu yang lebih dikenal sebagai PLTU Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu Operation and Maintenance Services Unit (OMU) berada di Kabupaten Sukabumi memiliki kapasitas terpasang sebesar 1.050 MW.