Harga batu bara acuan (HBA) pada Oktober 2023 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan harga terbesar terjadi pada batu bara kalori rendah 3.400 kcal yang turun nyaris 20%.
Pemerintah menetapkan HBA Oktober melalui Keputusan Menteri ESDM No. 335.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Bulan Oktober 2023.
Dalam aturan tersebut, harga batu bara acuan dibedakan menjadi empat golongan. Pertama, harga batu bara dengan nilai kalor 6.322 kcal per kilogram (Kg) GAR, total moisture 12,26%, total sulphur 0,66%, dan ash 7,94% senilai US$ 123,96 per ton atau turun 6,89% dari bulan sebelumnya US$ 133,13 per ton.
Kedua, HBA I dengan kesetaraan nilai kalor 5.300 kcal per kg GAR, total moisture 21,23%, total sulphur 0,75%, dan ash 6,04%, ditetapkan US$ 81,38 per ton. Angka tersebut turun 8,67% dari harga September US$ 89,11 per ton.
Ketiga, HBA II dengan kesetaraan nilai kalor 4.100 kcal per kg GAR, total moisture 35,73%, total sulphur 0,23%, dan ash 3,90%, ditetapkan sebesar US$ 50,41 per ton atau anjlok 6,35% dari harga bulan sebelumnya US$ 53,83 per ton.
Selanjutnya, HBA III dengan kesetaraan nilai kalor 3.400 kcal per kg GAR, total moisture 44,30%, total sulphur 0,24%, dan ash 3,88%, ditetapkan US$ 25,50 per ton, turun tajam 19,86% dari harga September di level US$ 31,82 per ton.
Batu bara dengan nilai kalor 6.322 kcal per kg GAR itu dijadikan sebagai acuan harga jual batu bara untuk penyediaan listrik untuk kepentingan umum dan pemenuhan kebutuhan bahan bakar di industri domestik, kecuali industri pengolahan dan pemurnian mineral logam.
Penetapan HBA ini mengacu pada 227.K/MB.01/MEM.B/2023 tentang pedoman penetapan harga patokan untuk penjualan komoditas batu bara. Penghitungan harga ini sebelumnya diatur dalam Kepmen ESDM 41.K/MB.01/MEM.B/2023, namun dalam pedoman tersebut belum sepenuhnya menggambarkan transaksi aktual.
Selain itu, terdapat transaksi pada rentang kalori rendah yang belum terakomodir sehingga perlu mengatur kembali mengenai formula harga batubara acuan dan harga patokan batu bara.
Seperti diketahui harga batu bara mengalami koreksi tajam sepanjang tahun ini seiring turunnya permintaan dari Eropa. Penurunan konsumsi Benua Biru didorong oleh pulihnya pasokan gas, dan terus berkembangnya energi baru terbarukan.
Namun harga batu bara kembali melonjak, terutama dalam sepekan terakhir, akibat konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas, yang kian meluas di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia, kenaikan harga mineral hitam ini terutama didorong oleh naiknya harga minyak. ”Jika harga minyak naik biasanya harga batu bara akan terkerek naik,” ujarnya kepada Katadata.co.id pada Rabu (11/10).
Menurut Hendra, kenaikan harga minyak berpotensi mendorong permintaan batu bara, sehingga mengerek harganya. Sementara konflik tersebut tidak berdampak pada harga maupun pasokan karena negara yang berkonflik bukanlah produsen batu bara.