Produksi minyak mentah Indonesia terus menurun. Kementerian Keuangan melaporkan pada September 2023 produksi minyak mencapai 608,6 ribu barel per hari (bph). Namun pada akhir Oktober, Kementerian ESDM melaporkan produksi minyak hanya mencapai 582,69 ribu bph.
Sementara itu target produksi minyak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 mencapai 660 ribu bph. Dengan realisasi produksi yang terus turun, langkah untuk mencapai target ini menjadi semakin berat.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan jika melihat kemampuan produksi minyak Indonesia dalam setahun belakangan, dia pesimistis target dalam APBN akan tercapai.
“Kemungkinan tidak tercapai. Ini memang cukup serius buat indonesia. Karena semakin rendah produksi dalam negeri, impor kita akan semakin besar baik dalam bentuk crude maupun minyak jadi,” kata Fabby kepada Katadata.co.id pada Rabu (8/11).
Menghadapi keadaan ini, Fabby menyebut pemerintah perlu fokus untuk bisa memproduksi minyak mendekati target APBN. “Saya kira perlu dipercepat untuk pengembangan sumur-sumur eksplorasi menjadi sumur produksi,” ungkapnya.
Fabby menjelaskan, terlebih capaian produksi minyak pada semester I 2023 hanya mencapai 93% dari target APBN. Dia khawatir pada semester II ini produksi minyak jumlahnya semakin menjauhi target. “Khawatir saya kalau lihat angka semester 1 dan performance semester 2, jangan-jangan bisa lebih rendah dari pada 2022,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Tutuka Ariadji mengatakan terkait kemungkinan tercapainya target produksi minyak di angka 660 ribu bph. “Ya tidak mudah untuk tercapai, memang harus ada terobosan teknologi ”kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM pada Jumat (3/11).
Tutuka menyebut, terobosan ini dapat menolong kinerja produksi minyak agar tidak terlalu turun. “Lalu eksplorasi yang dilakukan itu harus sesuai dengan target yang direncanakan,” kata dia.
Terkait penurunan ini, Tutuka mengungkap bahwa dari data Pertamina justru menunjukkan adanya peningkatan angka produksi. “Justru punya pertamina membaik, di tempat lain justru menurun,” ujarnya.
Mengenai turunnya produksi minyak, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut dikarenakan umur sumur yang sudah tua sehingga produksinya cenderung menurun. “Minyak makin lama dipompa makin dalem dan juga campurannya dengan air makin banyak,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM pada Jumat (8/11).
Arifin menyebut tengah mengupayakan pengerjaan 15 ribu sumur minyak yang lahannya dikembalikan kepada pemerintah. “Kalau satu sumur bisa nambah 5 barel kan lumayan dikali 15 ribu. Pertamina baru bisa mengerjakan 2000 (sumur) dari 15 ribu, makanya kita minta percepat supaya bisa mengoptimalkan itu,” kata Arifin.