Freeport Targetkan Kurangi Emisi Karbon 30% pada 2030, Ini Strateginya

www.npr.org
Tambang terbuka PT Freeport Indonesia.
Penulis: Happy Fajrian
11/12/2023, 15.00 WIB

PT Freeport Indonesia berkomitmen untuk mengurangi intensitas emisi karbon dan gas rumah kaca sebesar 30% pada 2030. Presiden Direktur Freeport Tony Wenas mengatakan pada 2021 pihaknya berhasil menurunkan emisi sebesar 22% dibandingkan 2018.

“Sebagian besar dikarenakan transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah, di mana kami menggunakan sistem kereta listrik otomatis bawah tanah,” ujarnya dikutip dari siaran pers, Senin (11/12).

Tony juga mengungkapkan strategi lainnya yang tengah dijalankan Freeport untuk menekan emisi yaitu dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) berkapasitas 168 megawatt (MW) yang ditargetkan beroperasi tahun depan.

Selanjutnya Freeport juga tengah menggarap smelter tembaga di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, yang diharapkan dapat menangkap potensi peningkatan permintaan tembaga di masa depan seiring perkembangan energi baru terbarukan.

Menurut Tony, logam tembaga merupakan produk masa depan karena 65% produk tembaga dunia digunakan sebagai penghantar listrik dan sekarang ini negara-negara berlomba lomba menggunakan pembangkit energi bersih sehingga akan membutuhkan tembaga lebih banyak lagi.

“Sebagai contoh mobil listrik membutuhkan tembaga empat kali lebih banyak daripada mobil biasa karena lebih banyak cabling system kemudian baterainya yang mengandung tembaga,” ujarnya.

Dia juga mencontohkan bahwa dalam proyek pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) membutuhkan sekitar 1,5 ton tembaga per megawatt, sedangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) membutuhkan 5,5 ton tembaga per megawatt.

Di samping itu, PTFI berencana untuk membangun pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) berkapasitas 265 MW. Pembangkit berbasis gas itu rencananya bakal menggantikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara pada 2027.

“Pada 2030 direncanakan bahwa pembangkit listrik tenaga gas yang menggunakan LNG (gas alam cair) itu sudah beroperasi,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Tony menyebut, peralihan dari PLTU ke PLTGU ini dapat lebih cepat dalam menurunkan emisi sekaligus penggunaan energi yang lebih bersih. “Dari emisi batu bara yang dibakar menjadi LNG, akan lebih banyak lagi pengurangan emisi,” ujarnya.

Tony juga mengatakan bahwa Freeport juga telah melakukan penanaman kembali untuk mendukung lingkungan dan memperhatikan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG).