Pembagian 500.000 Rice Cooker Gratis Ditargetkan Selesai Bulan Ini

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/pras.
Petugas PT Pos Indonesia (Persero) membawa alat penanak nasi (rice cooker) yang akan diberikan gratis kepada warga penerima bantuan di Kampung Pulo Empang, Kelurahan Paledang, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (17/1/2024).
Penulis: Mela Syaharani
18/1/2024, 14.55 WIB

Kementerian ESDM melanjutkan pembagian rice cooker gratis pada 2024. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P. Hutajulu mengatakan diharapkan pembagian akan selesai pada bulan ini.

“Kami berharap Januari pembagian alat masak listrik atau rice cooker sudah selesai dan diterima oleh masyarakat yang sudah ditetapkan,” kata Jisman dalam konferensi pers di Kantornya pada Kamis (18/1).

Jisman menyampaikan saat ini pihaknya tengah menyiapkan pengiriman sisa unit rice cooker yang belum tersalurkan kepada masyarakat yang sudah terdata.

Menurut laporan Kementerian ESDM, pemerintah telah membagikan 342.621 unit rice cooker pada 2023 atau terbaru mencapai 68,5% dari target. “Ini baru 342 ribu persisnya, nah selanjutnya akan ada evaluasi bagaimana masyarakat itu merespon pemberian ini,” ujar Jisman.

Jisman menjelaskan, efektivitas kebijakan rice cooker ini didasarkan pada id pelanggan yang nantinya akan terlihat di rekening listrik bagaimana penggunaan energi dan listriknya. “Nanti listriknya naik atau tidak, hasilnya akan dikonversikan dengan penyetaraan penggunaan LPG,” kata dia.

Penyetaraan ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa efektif pemberian rice cooker terhadap penghematan penggunaan LPG. “Nanti didapatkan program ini sukses atau tidak,” ujarnya.

Rice cooker ini telah dibagikan ke 36 provinsi, dengan 325 kabupaten atau kota, 2460 kecamatan, dan 12.961 desa atau kelurahan. Berdasarkan paparan Kementerian ESDM, wilayah dengan realisasi rice cooker sudah dilakukan di Indonesia, dengan porsi terbesar ada di Jawa-Bali sebanyak 192.890 unit (56,30%).

Diikuti Sumatra 61.040 unit (17,82%), Kalimantan 35.307 unit (10,30%) Sulawesi 36.648 unit (10,70%) Nusa Tenggara 7.459 unit (2,18%) Maluku 5.640 unit (1,65%) Papua 3.637 unit (1,06%). “Jawa Bali lebih banyak karena ini menyangkut terhadap kesiapan listrik di mana demand-nya besar, satu unit itu 300-350 watt,” kata Jisman.

Jisman mengatakan kesiapan listrik disini diartikan sebagai kesiapan subsistem kelistrikan sehingga saat diberikan rice cooker tidak mengganggu sistem. “Sehingga tidak ada kelebihan beban yang membuat sistem kami terganggu, oleh karena itu Jawa-Bali dipilih harus dengan porsi lebih dari 50%,” ujarnya.

Selain alasan kesiapan listrik, pemilihan Jawa-Bali sebagai wilayah pembagian terbesar juga didasari oleh kondisi ketersedian listrik di Jawa-Bali. “Sistem Jawa Bali sudah diketahui bahwa sekarang ada overkapasitas,” kata dia.

Reporter: Mela Syaharani