SKK Migas memastikan bahwa target produksi migas 2030 yakni 1 juta barel per hari minyak dan 12 miliar standar kaki kubik per hari gas harus tercapai dan tidak akan direvisi.
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D.Suryodipuro mengatakan pihaknya akan tetap mengacu pada target tersebut. “Bukan revisi, tapi kami selalu meng-update. Tapi intinya kalau buat kami adalah tetap target 1 juta barrel oil per day itu tidak berubah. Itu harus dicapai,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, pada Senin (18/3).
“Kami selalu mengevaluasi terkait dengan proyek jangka panjang (LTP). Jadi kami lihat perkembangannya bagaimana. Kami akan selalu meng-update lah,” kata Hudi menambahkan.
Sebab menurutnya, meskipun nanti produksi migas Indonesia sudah sesuai target 2030, namun sebetulnya jumlah kebutuhan migas dalam negeri lebih banyak dibandingkan target tersebut.
“Karena dengan 1 juta barrel oil per day, itu kan kita sendiri masih impor untuk memenuhi kebutuhan minyak mentah kita. Jadi itu tetap kita harus lakukan. Nah, mengenai masalah itu mau direvisi atau apa, yang jelas SKK Migas selalu melakukan evaluasi on a yearly basis,” ucapnya.
Hudi mengatakan pihaknya akan terus mengevaluasi LTP tersebut tingga 2035. “Rencananya (evaluasi) di 2024, harapannya kalau bicara 2030 kami akan coba update sampai 2035. LTP ini akan dievaluasi sampai 2035,” kata dia.
Senada dengan Hudi, Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM mengatakan pihaknya masih optimis target tersebut dapat dicapai. “Menurut kami bisa saja tercapai,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM pada Kamis (14/3).
Tutuka menilai target tersebut masih bisa dicapai jika sumur migas non konvensional yang ada di Wilayah Kerja (WK) Rokan dapat berproduksi.
“Kalau kami terutama menaruh harapan yang cukup besar di sumur MNK dan EOR. Kalau itu berhasil saya kira keduanya akan menyumbang kontribusi besar untuk produksi minyak. ini dari perspektif dirjen migas ya,” ujarnya.
Tutuka menyampaikan suksesnya produksi MNK ini bergantung pada kegiatan pengeboran di dua sumur yang ada pada WK Rokan. “Kalau hasilnya bagus mungkin dua bulan kedepan akan ada informasi lebih detail soal itu,” ujarnya.