Kementerian ESDM melaporkan bahwa cadangan nikel Indonesia kian menipis, terutama untuk nikel kadar tinggi saprolite. Nikel termasuk dalam 47 komoditas tambang mineral kritis.
“Untuk nikel saprolite kira-kira kita masih punya 13 tahun, sedangkan untuk limonite masih ada sekitar 33 tahun,” kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Tri Winarno dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI pada Selasa (19/3).
Sebagai informasi, saprolite merupakan bijih dengan kadar nikel tinggi. Sementara limonite merupakan bijih dengan kadar nikel rendah.
Sebelumnya, pada November 2023 Tri pernah mengatakan bahwa jumlah cadangan nikel di Indonesia masih mencapai lima miliar ton. Terdiri atas 3,5 miliar ton saprolite dan 1,5 miliar ton limonite.
Tidak hanya nikel, Tri juga turut menyebutkan umur cadangan bagi komoditas mineral lainnya. Mulai dari tembaga masih 23 tahun, bauksit 97 tahun, timah 31 tahun, serta emas dan perak yang usianya relatif di atas 100 tahun.
Guna menjaga ketahanan cadangan mineral Indonesia terutama bagi mineral kritis, Tri mengatakan pihaknya akan melakukan tiga hal. “Melalui perluasan, penugasan, dan lelang. Jadi dengan 3 mekanisme mudah-mudahan kita mendapatkan cadangan yang signifikan,” ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan 47 komoditas tambang mineral sebagai klasifikasi mineral kritis, salah satunya adalah nikel.
Sebelumnya pada 2023 terkait lelang Tri juga mengatakan bahwa mekanisme ini akan dilakukan melalui pemberian penawaran kepada lembaga riset guna melakukan penelitian eksplorasi.
Mengenai penemuan baru cadangan nikel, Tri menyebut kemungkinan wilayah tersebut berada di sekitar Pulau Sulawesi. Kendati demikian, Tri menyebut belum ada rencana penemuan cadangan nikel yang baru hingga saat ini.
Melihat umur cadangan, Anggota Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno mengatakan perlunya evaluasi terhadap smelter nikel. “Karena ketahanan cadangan tidak terlalu besar, sementara kapasitas smelter besar. Jadi perlu dilakukan evaluasi terhadap proses pemberian izin smelter berikutnya,” kata Eddy dalam rapat.
1,2 Juta Hektare Lahan Potensial Nikel
Badan Geologi Kementerian ESDM melaporkan bahwa Indonesia memiliki wilayah seluas 2 juta hektare (Ha) yang memiliki potensi nikel di dalamnya. Dari total tersebut hanya 800 ribu Ha yang telah ditambang atau dieksploitasi.
“Lokasi yang berpotensi nikel ini masih cukup luas dilihat dari formasi potensi pembawaan nikel yaitu 2 juta Ha. Saat ini baru 800.000 Ha saja yang sudah menjadi izin usaha pertambangan (IUP),” kata Sekretaris Badan Geologi Rita Susilawati dalam konferensi pers yang dipantau melalui daring pada Jumat (19/1).
Jika mengacu pada data tersebut, sisa lahan potensi nikel saat ini yang belum dieksplorasi berjumlah 1,2 juta Ha. Berdasarkan data Badan Geologi total cadangan bijih Indonesia saat ini mencapai 5 juta ton dengan jumlah sumber dayanya sebanyak 17,33 juta ton.