WoodMac: Penetrasi EV Bakal Tekan Permintaan BBM Global Tahun Ini

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Sejumlah pekerja mengisi daya baterai Unit mobil listrik saat perhelatan KTT G20 di Charging Station Bali Collection, Nusa Dua, Bali, Senin (14/11).
Penulis: Happy Fajrian
6/5/2024, 17.05 WIB

Laporan terbaru Wood Mackenzie memperkirakan pertumbuhan permintaan bahan bakar minyak (BBM) secara global berpotensi melambat signifikan pada tahun ini seiring peralihan penggunanan kendaraa listrki di Cina dan Amerika Serikat (AS).

WoodMac memproyeksikan permintaan bensin tahun ini hanya meningkat sebesar 340 ribu barel per hari (bph), jauh di bawah pertumbuhan pada tahun lalu sebesar 700.000 ribu bph. Hal ini lantaranCina semakin mendekati puncak permintaan BBM untuk transportasi, sedangkan AS sudah melewatinya.

“Penetrasi kendaraan listrik meningkat di AS dan Cina,” kata analis WoodMac, Sushant Gupta, seperti dikutip dari Reuters, Senin (6/5). “Untuk tahun ini permintaan BBM Cina hanya tumbuh sebesar 10.000 bph karena penggunaan kendaraan listrik yang lebih tinggi.”

Sementara itu perusahaan konsultan energi global, Rystad Energy, memperkirakan permintaan BBM jenis bensin tahun ini sekitar 26 juta bph, naik sekitar 300.000 bph. Pertumbuhan tersebut di bawah pertumbuhan pada 2023 sebesar 700.000 bph yang didorong ledakan konsumsi pasca Covid-19.

Menurut International Energy Agency (IEA), Cina, yang pernah menjadi pendorong permintaan bensin dunia, diperkirakan menyumbang lebih dari separuh penjualan kendaraan listrik tahun ini.

Lembaga riset China National Petroleum Corp (CNPC) memperkirakan konsumsi bensin Cina tumbuh sekitar 1,3%, atau sekitar 2 juta ton, menjadi 165,1 juta metrik ton (3,8 juta bph) tahun ini.

Sedangkan badan penelitian dari perusahaan migas terbesar Cina, Sinopec, memperkirakan permintaan bensin akan meningkat sebesar 1,7%, atau sekitar 3 juta ton, menjadi 182 juta ton tahun ini.

“Ketika penurunan harga memacu permintaan, pangsa penjualan mobil listrik tahun ini bisa mencapai 45% di Tiongkok, sekitar 25% di Eropa, dan lebih dari 11% di Amerika Serikat,” kata IEA.

Sebagai perbandingan, peningkatan penjualan mobil, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan rendahnya penetrasi kendaraan listrik, mendorong permintaan bensin di India dan Indonesia.

Menurut perkiraan pemerintah India, konsumsi bensin di negara tersebut akan mencapai rekor baru sebesar 39,2 juta ton (908.000 bph) pada periode Maret 2024 hingga Maret 2025, naik sekitar 5% dari 37,2 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu Energy Information Administration (EIA) AS memperkirakan konsumsi bensin turun menjadi sekitar 376 juta galon per hari atau 8,94 juta bph pada 2023 setelah mencapai rekor 392 juta galon pada 2018. “Permintaan pada 2024 diperkirakan datar,” kata para analis.

Di Eropa, permintaan bensin akan tumbuh sebesar 50.000 bph atau 2,3% pada 2024 menjadi 2,19 juta bph, sejalan dengan beberapa tahun terakhir, menurut konsultan energi FGE.