Produksi Gas Naik 2,23%, SKK Migas Prioritaskan Pasokan untuk Domestik

ANTARA FOTO/Anis Efizudin/rwa.
Petugas berjalan di areal stasiun gas R/S sektor 01 (Balkondes) saat perawatan rutin di Desa Wisata Berkelanjutan Karangrejo, Borobudur, Magelang , Jawa Tengah, Rabu (2/11/2022).
Penulis: Mela Syaharani
8/5/2024, 12.02 WIB

SKK Migas melaporkan produksi gas pada 2023 meningkat 2,23% dibandingkan tahun sebelumnya. Kepala Divisi program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro menyampaikan bahwa SKK Migas berkomitmen mengutamakan pasokan gas untuk kebutuhan domestik.

“Intinya SKK Migas berkomitmen untuk memastikan pasokan gas dari hulu untuk kebutuhan nasional aman”, kata Hudi dalam siaran pers, Rabu (8/5).

Berdasarkan data SKK Migas, lifting (salur gas) per Maret 2024 yang sebesar 5.367,7 BBTUD (billion british thermal unit per day). SKK Migas juga menyampaikan kedepannya, produksi gas akan terus meningkat, hal ini ditunjang dengan telah onstream-nya proyek Tangguh Train 3 dan Jambaran Tiung Biru (JTB).

“Kemudian ada proyek gas besar yang akan onstream seperti Geng North di Kalimantan Timur, Abadi Masela di Maluku, Asap Kido Merah (AKM) di Papua Barat dan proyek lainnya,” tulis SKK Migas.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.109,6 BBTUD atau sebesar 77% dialokasikan untuk pasar domestik dan kelebihannya sejumlah 1.258,1 BBTUD atau sekitar 23% diekspor. Hal ini mencerminkan bahwa pasokan gas bumi untuk domestik dipastikan aman.

Ditambah lagi dengan adanya penemuan-penemuan cadangan gas baru raksasa (giant discovery) seperti di wilayah Andaman, SKK Migas memproyeksikan produksi gas bumi Indonesia akan terus meningkat di masa mendatang yang sesuai dengan rencana long term plan (LTP).

SKK migas juga turut menyampaikan proyeksi produksi gas tanah air periode 2024 hingga 2028. Pada 2024 produksi gas mencapai 5.544 BBTUD, kemudian meningkat 2025 menjadi 5.799 BBTUD. Sementara pada 2026 produksi ditaksir mencapai 6.676 BBTUD, lalu akan meningkat menjadi 7.083 BBTUD di 2027, dan mencapai 8.198 BBTUD pada 2028.

Hudi mengatakan produksi gas melebihi kebutuhan di dalam negeri sehingga dibutuhkan infrastruktur jaringan gas yang handal dan pasar yang memadai, karena kedepannya pasokan gas akan terus bertambah. “Harus ada keterlibatan dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pelaku industri midstream dan hilir,” ujarnya.

Langkah-langkah ini diharapkan dapat menjaga ketahanan energi nasional dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat, SKK Migas berharap Indonesia dapat memanfaatkan potensi sumber daya gas secara optimal untuk mendukung ketahanan energi serta pertumbuhan ekonomi nasional.

Sebelumnya, PT PGN Tbk melaporkan bahwa produksi gas bumi yang terkontrak dengan perusahaan beberapa di antaranya mengalami penurunan.

PGN menyebut, penurunan produksi ini disebabkan oleh berbagai kondisi yang ada di sisi hulu, mulai dari penurunan alamiah produksi sumur migas serta perbaikan dan perawatan sumur, baik yang berkala maupun yang tidak direncanakan.

Dengan kondisi tersebut PGN memutuskan untuk menerapkan kuota volume gas terhadap seluruh pelanggan. Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan hal tersebut dilakukan demi reliability atau keandalan dan keselamatan jaringan gas yang berisiko tinggi.

“PGN berupaya untuk melayani kebutuhan pelanggan seoptimal mungkin. Tetapi dengan kondisi pasokan gas yang semakin menurun, maka kami sebagai penyalur gas di sisi hilir mengupayakan agar penyaluran gas bisa berkeadilan ke seluruh pelanggan,” ujarnya dikutip dari siaran pers, Jumat (3/5).

Reporter: Mela Syaharani