Pertamina Hulu Energi Targetkan Lifting Migas 760 Ribu BOEPD pada 2025

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Sejumlah pekerja melakukan pendeteksian laju karat di pipa pada Anjungan Bravo Flow Station Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ), lepas pantai utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023).
Penulis: Mela Syaharani
28/5/2024, 16.16 WIB

Pertamina Hulu Energi (PHE) memproyeksikan lifting migas pada 2025 mencapai 760 ribu barel setara minyak per hari (barrel of oil equivalent per day/BOEPD).

“Kalau kami lihat lifting migas trennya meningkat, dari 711 ribu BOEPD di 2022, kemudian menjadi 742 ribu BOEPD pada 2024 dan pada 2025 itu 760 ribu boepd. Ini untuk produksi domestik,” kata Direktur Utama PHE Chalid Said Salim dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI pada Selasa (28/5).

Berdasarkan paparan Chalid, terjadi kenaikan 3% atau 18 ribu BOEPD antara target lifting migas 2024 ke proyeksi 2025. Selain migas, Chalid juga memaparkan rincian proyeksi lifting baik itu minyak dan gas bumi PHE untuk 2025.

Pada 2025 proyeksi lifting minyak PHE mencapai 427 ribu barel per hari (bph) atau meningkat 2% dibandingkan target 2024 yang hanya mencapai 420 ribu bph. “Jadi masih punya tren positif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.

Sementara itu, untuk proyeksi lifting gas bumi atau sales gas PHE pada 2025 mencapai 1,935 miliar kaki kubik (BCF) per hari. Chalid menyebut untuk sales yang terjual pada 2023 itu 1,8 BCF relatif sama dengan 2024 yang juga mencapai 1,8 BCF per hari. Namun, Chalid berharap hingga akhir 2024 prognosis sales gas mencapai 1,863 BCF per hari.

Chalid menyampaikan untuk mencapai target 2024 dan proyeksi 2025 menggunakan strategi untuk tetap menjaga baseline.

“Artinya menjaga kehandalan fasilitas pekerjaan sumur dan optimasi produksi dari sumur. Kemudian untuk production growth-nya itu peningkatan kegiatan pemboran, kerja ulang (workover) maupun well intervention,” ucapnya.

Selain itu juga Chalid berusaha untuk percepatan revolusi dari resources kemudian ke reserve sampai ke produksi. Meskipun dalam pelaksanaannya PHE masih menghadapi beberapa tantangan.

“Terkait dengan pembebasan lahan kemudian ada perizinan lingkungan dan peningkatan kapasitas nasional, dan poin ketiga ini terkait dengan turbulent goods menurut kami ini agak riskan dengan rencana jangka panjangnya,” kata dia.

Target-target PHE 2024

Sebelumnya, pada Maret lalu Chalid pernah memaparkan terkait target PHE lainnya pada 2024 ini, baik dari eksplorasi dan eksploitasi tahun ini. Menurut paparannya, tahun ini ditargetkan pengeboran 768 sumur secara keseluruhan, dengan 739 sumur eksploitasi dan 29 sumur eksplorasi.

“Di sini menggambarkan kegiatan eksplorasi untuk mencari cadangan migas baru yang cukup agresif,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR pada Rabu (27/3).

Sementara untuk pekerjaan workover, well intervention, dan well service, dari 2022-2024 Chalid mengatakan jumlahnya terlihat meningkat. “Artinya dari 28.419 pekerjaan (2022) menjadi 31.511 pekerjaan (2023), dan di 2024 ini menjadi 32.829 pekerjaan,” kata dia.

Tidak hanya itu, Chalid juga memaparkan terkait kegiatan seismik yang sangat meningkat. Tidak hanya pengeboran sumur eksplorasi dan eksploitasi, namun seismik juga digencarkan PHE untuk mendapatkan atau menemukan cadangan migas baru.

“Target 2024 ini cukup masif, untuk eksplorasi seismik 3D mencapai 2.021 km2 dan 1.097 km untuk seismik 2D. Jadi harapan kami dari kegiatan ini memberi hasil yang lebih meningkatkan produksi migas,” ujar Chalid.

Saat ditemui setelah rapat, Chalid menjelaskan bahwa dari seismik 2D dan 3D memiliki tujuannya sendiri. “Kalau 2D kami mungkin mencari potensi awal. Kalau 3D itu lebih mengarah ke pengembangan, biar lebih akurat dan lebih banyak data yang diperoleh sehingga apa yang kami kejar sampai ke siap bor itu memberikan hasil,” ujarnya.

Chalid menyampaikan, untuk kegiatan seismik 3D ini utamanya akan dilaksanakan di tiga pulau besar Indonesia. “Tersebar ya, ada di Sumatra dan Jawa, mungkin ada sebagian yang di Sulawesi yang mengarah ke offshore,” katanya.

Kemudian di sisi pembiayaan, Chalid mengatakan total belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dianggarkan tahun ini mencapai US$ 5,7 miliar untuk meliputi semua program kerja yang ada tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebagian akan dialokasikan untuk pendanaan merger dan akuisisi (MNA).

“Jadi dari US$ 5,7 miliar, nah US$ 1,3 miliar untuk MNA. Kemudian lainnya untuk operasi di domestik dan luar negeri. dari US$ 5,7 miliar, nah US$ 1,3 miliar untuk MNA,” kata dia.

Reporter: Mela Syaharani