Pasokan Surplus, IEA: Keputusan OPEC+ Bakal Tak Pengaruhi Harga Minyak
Surplus produksi minyak dunia dalam beberapa tahun ke depan dapat membuat keputusan negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya atau OPEC+ tak berpengaruh lagi ke harga minyak.
Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan produksi minyak dari benua Amerika akan meningkatkan pertumbuhan produksi global pada 2030. Surplusnya mencapai delapan juta barel per hari (bph).
"Itu adalah surplus yang sangat besar dan mungkin salah satu yang tertinggi dalam sejarah," kata Direktur Eksekutif IEA, Fatih Birol dikutip dari CNN pada Jumat (14/6).
Kelebihan pasokan itu akan mematahkan peran kuat OPEC+ dalam menjaga kestabilan harga minyak. IEA memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global lambat laun akan menurun selama sisa dekade ini.
Puncak permintaan minyak kemungkinan terjadi pada 2029 sebelum akhirnya berangsur menyusut pada tahun berikutnya. Badan yang berkantor di Paris ini menyampaikan, penurunan permintaan terjadi karena dunia melakukan transisi ke energi bersih.
Pemangkasan Produksi OPEC+
Pada pertemuan 2 Juni lalu, OPEC+ setuju untuk memperpanjang pemangkasan 3,66 juta bph selama setahun hingga akhir 2025. Organisasi ini juga memperpanjang pemangkasan 2,2 juta bph selama tiga bulan hingga akhir September 2024.
Lalu, OPEC+ akan secara bertahap menghentikan pemangkasan 2,2 juta bph selama setahun dari Oktober 2024 hingga September 2025. “Kami menunggu suku bunga turun dan lintasan yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi,” kata Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman kepada wartawan.
OPEC memperkirakan permintaan minyak mentah akan mencapai rata-rata 43,65 juta bph pada paruh kedua 2024. Angka tersebut menyiratkan penurunan stok sebesar 2,63 juta bph jika kelompok tersebut mempertahankan produksi pada tingkat April sebesar 41,02 juta bph.
Pemangkasan produksi yang besar telah terjadi sejak akhir 2022. Meskipun ada pemotongan, namun harga minyak cenderung turun dalam beberapa bulan terakhir. CNN melaporkan, harga minyak mentah Brent, yang menjadi patokan minyak global , telah anjlok 9% setelah mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir pada April lalu. Harganya pada Rabu lalu di kisaran US$ 83 per barel.
Harga minyak West Texas Intermediate, patokan Amerika Serikat, juga turun 9% dan diperdagangkan pada US$ 79 per barel pada Rabu lalu. Pelemahan harga terjadi karena rekor produksi minyak AS yang meningkatkan pasokan global. Di sisi lain, terjadi penurunan permintaan dari negara pengimpor minyak terbesar dunia, yaitu Cina.