Pengamat Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyarankan kepada pemerintah untuk tetap menahan harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik subsidi bagi masyarakat Indonesia.
Fahmy menyebut hal ini harus dilakukan di tengah tren pelemahan nilai rupiah terhadap dolar dan inflasi yang masih terkendali saat ini.
“Dengan kondisi semacam ini memang harga harus ditahan, jika dinaikkan ini akan membahayakan ekonomi Indonesia bahkan memungkinkan terjadinya krisis,” kata Fahmy saat dihubungi Katadata.co.id pada Selasa (25/6).
Pemerintah saat ini masih terus menahan harga BBM dan listrik subsidi, bahkan termasuk juga menahan harga BBM non subsidi milik Pertamina sejak Februari lalu.
Fahmy menyampaikan, dengan tren pelemahan nilai rupiah tentu saja menyebabkan bengkaknya beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Terlebih pelemahan ini juga berdampak terhadap bertambahnya nilai impor BBM serta LPG yang lebih mahal.
Seperti yang diketahui, saat ini porsi impor BBM untuk kebutuhan domestik lebih mendominasi dibandingkan persentase produksi LPG dalam negeri. Meski keadaan ini sulit, Fahmy sekali lagi menegaskan bahwa jangan sampai pemerintah mengambil langkah untuk menaikkan harga subsidi energi untuk masyarakat.
“Sebab ini akan memicu inflasi, menaikkan harga bahan pokok akan menjadi beban bagi orang miskin. Ditambah nilai rupiah yang saat ini sangat lemah,” ujarnya.
Bahkan menurutnya, jika kondisi nilai tukar rupiah sudah menyentuh Rp 17.500 per dolarnya maka sudah berbahaya. “Kalau inflasinya tidak dapat dikendalikan akibat menaikkan harga BBM subsidi ini akan menjadi beban bagi pemerintahan Prabowo,” ucapnya.
Meski sudah memasuki akhir Juni, pemerintah mengaku belum merumuskan rencana untuk menahan tarif listrik dan harga BBM)subsidi dan non subsidi. Namun, pemerintah tidak berupaya untuk mengubah besaran subsidi harga BBM dan tarif listrik yang telah ditetapkan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan masih memonitor fluktuasi harga minyak mentah global. Dia mengatakan harga BBM global saat ini lebih rendah daripada harga tahun sebelumnya yang dipengaruhi oleh sentimen konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina.
"Harga BBM juga masih tidak setinggi sebelumnya. Jadi masih terus dimonitor," kata Airlangga seusai Sidang Kabinet Paripurna terkait Perekonomian Terkini di Istana Merdeka Jakarta pada Senin (24/6).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pembahasan tarif listrik dan harga BBM subsidi dan non subsidi masih menunggu arahan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. "Tanya beliau (Sri Mulyani), kapan mau membicarakannya," ujar Arifin pada kesempatan serupa.
Arifin menyebut pihaknya siap menjalankan amanat apabila nantinya ada penambahan waktu untuk menahan penyesuaian harga BBM dan tarif listrik. "Tanya Bu Sri Mulyani, kami di ESDM tiap saat siap," ujar Arifin.