Menteri Bahlil: Devisa Negara Habis Rp 450 Triliun per Tahun untuk Impor LPG

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww.
Petugas melakukan pengisian tabung gas elpiji 3 kg di SPBE Tanjungwangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (28/3/2024).
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing
11/9/2024, 13.47 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan jumlah anggaran yang dikeluarkan negara untuk memenuhi kebutuhan gas minyak cair atau liquified petroleum gas sangat besar.

“Devisa kita setiap tahun keluar sekitar Rp 450 triliun hanya untuk membeli minyak dan gas khusus untuk LPG,” kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia saat menyambut acara detikcom Leaders Forum secara virtual pada Rabu (11/9).

Pada 2023, Indonesia mengimpor sekitar 6 juta metrik ton LPG atau elpiji untuk mencukupi kebutuhan nasional. Impor terpaksa dilakukan karena produksi Pertamina hanya 1,98 juta metrik ton di saat kebutuhannya mencapai 8 juta metrik ton. 

Pemerintah akan membangun industri LPG domestik melalui pemanfaatan propana (C3) dan butana (C4) dari lapangan migas domestik. “Ini harus kami bangun supaya bisa mengurangi impor LPG. Kalau impor terlalu banyak maka akan berdampak terhadap neraca perdagangan dan pembayaran kita,” ujarnya.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebelumnya mengatakan Indonesia memiliki sejumlah lapangan migas yang mengandung potensi LPG. 

“Ada 15 lapangan potensial, terdiri atas tujuh lapangan prioritas dan delapan lapangan lainnya,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (29/8). 

Ke-15 lapangan potensi LPG ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Ada dua lapangan migas yang potensinya paling besar, yaitu East Kalimantan dan Senoro.

Dwi juga menyebut potensi produksi elpijinya besar. "Kira-kira sekitar 900 ribu sampai 1 juta ton per tahun,” kata Dwi. 

Reporter: Mela Syaharani