ESDM Masih Hitung Keekonomian Konversi 2 Juta Metrik Ton Gas Bumi Jadi LPG
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral masih menghitung nilai keekonomian potensi gas bumi yang bisa dikonversi menjadi liquified petroleum gas (LPG). Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut, ada potensi 2 juta metrik ton gas bumi yang dapat dikonversi menjadi gas bumi.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Agus Cahyono Adi menjelaskan, perhitungan masih dilakukan lantaran setiap lapangan gas memiliki karakteristik masing-masing. Ia juga menekankan, tidak semua lapangan gas di Indonesia mengandung bahan baku LPG yakni unsur propana (C3) dan butana (C4).
“Kami sudah pegang data lapangan, jadi sedang dievaluasi dengan balai besar pengujian migas atau Lemigas. Mana saja lapangan gas yang masih memiliki kandungan C3 dan C4,” ujarnya.
Indonesia dalam setahun terakhir ini berhasil mendapatkan dua temuan gas besar, yakni sumur Geng North di Kalimantan Timur dengan potensi 5 triliun kaki kubik (TCF) gas dan sumur Layaran-1 di blok South Andaman dengan potensi 6 TCF.
Kendati demikian, Agus menyebut, pemerintah saat ini belum mengetahui apakah dua sumber gas jumbo ini memiliki kandungan C3 dan C4. “Tahapannya saat ini baru potensi dan pengeboran lebih dalam. Nanti saat mau menyerahkan rencana pengembangan baru mengetahui jumlah cadangan dan karakteristiknya,” ucapnya.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya mengatakan, terhadap potensi gas bumi mencapai hampir 2 juta metrik ton yang diharapkan dapat menjadi solusi masalah defisit LPG yang saat ini dihadapi Indonesia.
“Informasi dari SKK Migas, masih ada kurang lebih dua juta metrik ton potensi gas yang bisa dikonversi menjadi LPG,” kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam sambutan acara penghargaan sektor migas yang dipantau melalui siaran youtube pada Senin (7/10).
Bahlil mengatakan, potensi ini penting karena Indonesia saat ini dalam kondisi darurat LPG. Berdasarkan data Kementerian ESDM, jumlah produksi LPG pada 2023 sebesar 1,98 juta metrik ton, sedangkan impor mencapai 6,95 juta metrik ton per tahun.
“InsyaAllah ke depan, Presiden Terpilih Prabowo memiliki program untuk kedaulatan energi. Kami menyarankan agar segera membangun industri LPG dalam negeri untuk memanfaatkan bahan baku yang ada dengan harga yang ekonomis,” ujarnya.
Dia menyebut, Indonesia memiliki potensi gas yang bisa dikonversi LPG tetapi belum dilakukan karena harganya yang tidak kompetitif.
SKK Migas sebelumnya mengatakan Indonesia memiliki sejumlah lapangan migas yang mengandung potensi liquified petroleum gas (LPG). “Ada 15 lapangan potensial, terdiri atas tujuh lapangan prioritas dan delapan lapangan lainnya,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat dihubungi Katadata.co.id pada Kamis (29/8).
Dwi menyebut, 15 lapangan potensi LPG ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun dia tidak merinci 15 lokasi lapangan tersebut. Kendati demikian, Dwi menyebut terdapat dua lapangan migas yang potensinya paling besar. “Tapi potensi yang paling besar adalah di East Kalimantan dan Senoro,” ujarnya.