Tekan Stunting, Bulog Target Salurkan 20% Beras Bervitamin Lewat BPNT

ANTARA FOTO/Fauzan
Pekerja menyiapkan beras Bulog untuk disalurkan ke operasi pasar dan penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Gudang Perum Bulog Sub Divisi Regional Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Kamis (5/12/2019).
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
11/12/2019, 16.11 WIB

Perum Bulog menargetkan penyaluran 20% beras fortifikasi atau beras bervitamin ke dalam program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Hal tersebut dilakukan salah satunya untuk menurunkan angka stunting nasional.

Direktur Pengembangan Bisnis Bulog Imam Subowo mengatakan, penyaluran beras bervitamin ditujukan di daerah dengan potensi stunting maupun dijual secara komersial. 

Bulog menargetkan penggunaan beras fortifikasi bagi penerima BPNT mencapai 10-20% pada tahun depan.Nantinya, beras fortifikasi tersebut ditargetkan mencapai 100% di program BPNT 2024.  

(Baca: Buwas Sebut Penyalur Untung Rp 9 Miliar dari Beras BPNT Palsu)

Ini artinya, Bulog menargetkan penyaluran beras fortifikasi melalui BPNT sekitar 150 ribu-300 ribu ton dari total penyaluran beras BPNT 1,5 juta ton. Namun, besaran penyaluran beras tersebut akan bergantung dari arahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

"Bappenas sudah menargetkan 20% beras fortivikasi di BPNT. Kalau nanti semuanya sepakat pusat minimal 20% bagi saya lebih gampang. Itu yang saya tunggu,"  kata Imam usai Seminar Integrasi Penyiapan Pangan Berfortifikasi di kantornya, Jakarta, Rabu (11/12).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, total daerah stunting di Indonesia saat ini mencapai 260 kabupaten/kota dari total 514 kabupaten/kota. Provinsi dengan prevalensi stunting terbesar berada di wilayah timur Indonesia seperti Papua, Papua Barat, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika