PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) merevisi turun target konstruksi kereta cepat Jakarta-Bandung dari 60% menjadi 53% hingga akhir tahun ini. Seiring perkembangan ini, analis melihat kontribusi proyek tersebut ke laba bersih WIKA tak sebesar prediksi sebelumnya. Namun, analis tetap memberikan rekomendasi beli untuk saham perusahaan pelat merah tersebut.
Dalam analisis tertulis, Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael mengungkapkan target konstruksi direvisi karena adanya relokasi jalur dan fondasi di Stasiun Halim guna mencegah persimpangan jalur dengan Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodabek. Selain itu, perusahaan memerlukan adaptasi dengan standar konstruksi yang ditetapkan oleh China Railway Corporation.
Joshua memperkirakan kontribusi Kereta Cepat Jakarta-Bandung terhadap laba bersih WIKA turun dari proyeksi sebelumnya Rp 350 miliar menjadi Rp 303 miliar. Sehingga, proyeksi laba bersih turun 1,6% menjadi Rp 2,25 triliun. "Kami mengalihkan laba bersih tersebut ke 2021,” kata dia dalam analisis tertulis yang dipublikasikan, Rabu (2/10).
(Baca: WIKA Ekspansi Bisnis di Afrika Senilai US$365 Juta )
Mirae Asset Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi beli untuk saham WIKA. Penurunan harga saham WIKA sebesar 17,7% sejak publikasi laporan keuangan Semester I 2019 membuat harga sahamnya reatif murah dan memberi peluang investasi. Rekomendasi beli ini disokong oleh fundamental WIKA yang dianggap masih sama.
“Kami tetap merekomendasikan Buy pada saham WIKA dengan target harga Rp 2.950, sedikit lebih redah dari sebelumnya Rp 3.000,” kata dia. Pada target harga tersebut, saham WIKA diperdagangkan dengan P/E 12x.
(Baca: WIKA Siapkan Berbagai Proyek untuk Dukung Infrastruktur Ibu Kota Baru)
Joshua menyebut tidak ada risiko pendanaan untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Perusahaan yang mengoperasikan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yaitu Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) telah memperoleh pencairan kredit sebesar US$ 1,5 miliar dari total plafon US$ 4,5 miliar dari China Development Bank. Kredit dalam dolar AS dan yuan tersebut memiliki waktu jatuh tempo 40 tahun, dengan masa tenggang 10 tahun. Sedangkan WIKA dibayar sesuai progres bulanan.
Adapun pada Selasa, 1 Oktober 2019, WIKA mulai memasang balok baja berbentuk boks (box girder) pertama untuk jalur kereta Jakarta-Bandung. Setiap box grider memiliki berat 900 ton. Ini merupakan box grider terberat yang pernah dibuat untuk proyek infrastruktur di Indonesia.
(Baca: Tiket Termurah Kereta Cepat Jakarta-Bandung Akan Dipatok Rp 300 Ribu)
Pemasangan ini membutuhkan waktu sekitar 15 bulan atau lebih lama dari proyek LRT Jabodabek yang butuh waktu 12 bulan, dan LRT Jakarta empat bulan. Penyebabnya, masih adanya masalah dalam pembebasan lahan di Bandung Barat. Pada bulan ini diharapkan pembebasan lahan dapat mencapai progres 99%, dari total panjang jalur kereta cepat yaitu 142 kilometer. Proyek ini ditargetkan selesai pada 2021.