Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengatakan bahwa jumlah pabrik tekstil yang tutup akan bertambah. Sekretaris Jenderal API Ernovian G. Ismy mengatakan, bahwa saat ini pihaknya tengah menginventarisasi pabrik-pabrik yang akan tutup tersebut.
Ia pun mengungkapkan, jumlah pabrik tekstil yang tutup sejak 2017 sudah banyak. Pabrik yang ditutup tersebut meliputi pabrik lokal hingga asing. "Itu akan bertambah (pabrik tekstil yang tutup). Tapi kami masih inventarisir, ada anggota API dan bukan," kata dia di Jakarta, Rabu (11/9).
Pabrik tekstil yang tutup tersebut sebagian besar berada di sektor antara yang memiliki pasar lokal. Hanya saja, API enggan menyebutkan detail perusahaan maupun jumlah penutupan tersebut. Pabrik yang tutup tersebut juga memiliki kondisi yang berbeda-beda. Tiga di antaranya merupakan pabrik di Jabodetabek yang relokasi ke Jawa Tengah.
Ernovian mengatakan, saat ini situasi pesanan pada pabrik tekstil memang tengah sepi. Sementara itu, masih ada masalah pengupahan dan iklim usaha yang belum mendukung.
(Baca: Lawan Gempuran Tekstil Impor, Asosiasi Akan Ajukan Tambahan Bea Masuk)
Meski begitu, ia mengatakan kondisi industri tekstil hilir masih bagus. Namun tanpa dukungan pemerintah, industri hilir akan banyak memesan bahan baku melalui impor. Secara keseluruhan, industri tekstil juga masih tumbuh. "Namun kalau tidak di-support, industri garmen bisa habis," ujar dia.
Sebelumnya, Ketua Umum API Ade Sudrajat mengatakan sudah ada sembilan pabrik tekstil yang ditutup dalam dua tahun terakhir ini dan berdampak kepada sekitar 2.000 pegawainya. Dia mengungkapkan salah satu penyebab tutupnya pabrik tekstil yaitu turunnya penjualan tekstil akibat tergerus produk tekstil impor.
"Domestik ini pasarnya diisi oleh barang impor yang notabene harganya jauh lebih murah dari mereka (domestik). Tentu tidak ada pilihan lain selain menutup industrinya," kata dia.
Ia enggan merinci nama-nama perusahaan tersebut. Namun, menurut dia, pabrik tekstil tersebut berada pada skala menengah atau industri antara. Salah satunya merupakan pabrik pemintalan.
Selebihnya, pabrik yang tutup memproduksi tenun dan rajut. Ade mengatakan, pabrik tenun yang telah ditutup akan sulit untuk dihidupkan kembali. Hal ini berbeda dengan pabrik rajutan yang dapat dibuka kembali dengan mudah tanpa persiapan yang panjang.
(Baca: Produk Lokal Sulit Bersaing, Pemerintah Diminta Setop Impor Tekstil)