Cegah Banjir Impor, Pengusaha Tekstil Usul Tarif Safeguard Hingga 18%

Katadata | Arief Kamaludin
Ilustrasi tekstil
21/8/2019, 15.28 WIB

Yang jelas, depresiasi yuan membuat produk Tiongkok memiliki daya saing yang lebih tinggi dari produk lokal lantaran harganya yang semakin murah. Maka itu, ia menilai perlunya perlindungan terhadap tekstil produksi dalam negeri. "Suka tidak suka, kita harus melindungi pasar domestik," ujarnya.

Sebelumnya, Lembaga pemeringkat internasional Moody’s memprediksi produk benang, kain, dan garmen Tiongkok akan banyak masuk ke Indonesia. Penyebabnya, Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif bea masuk untuk produk tekstil dari Tiongkok sebesar 25%. Sedangkan, tarif yang diberlakukan Indonesia sekitar 10%-15%.

(Baca: Jokowi Janji Anggaran Bantuan Produk Lokal Masuk Mal di Luar Negeri)

Dengan perbedaan tarif tersebut, Moody’s melihat ada peluang Beijing mengalihkan produk tekstilnya ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hal tersebut akan membuat pasokan tekstil dalam negeri menjadi berlebih, harga jatuh, dan memukul sektor manufaktur.

“Perusahaan tekstil Indonesia yang kami beri peringkat tidak kebal terhadap produk tekstil dumping Cina,” kata analis Moody’s Stephanie Cheong.

Halaman: