Pemerintah Didorong Dekati Tiongkok untuk Menekan Defisit Dagang

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (28/6/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Mei 2019 mencapai 14,74 miliar dolar Amerika atau naik 12,42 persen dibanding April 2019 yang didorong oleh meningkatnya ekspor migas dan nonmigas.
Penulis: Ekarina
18/7/2019, 20.42 WIB

Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menilai upaya pemerintah mendorong ekspor ke Tiongkok dapat menekan defisit neraca dagang. Sebab, Negeri Tembok Raksasa ini merupakan mitra dagang Indonesia terbesar dengan nilai transaksi pada 2018 sebesar US$ 71,6 miliar.

Dari perdagangan ini, Indonesia mengalami defisit US$ 18,4 miliar, lebih tinggi dibanding minus pada 2017 sebesar  US$ 12,68 miliar. Heri menyatakan, potensi pasar Cina saat ini sangat besar. Sehingga Indonesia masih mempunyai kesempatan memasarkan produk maupun komoditas ekspor unggulan. 

(Baca: Terbesar Era Jokowi, Neraca Dagang Semester I Defisit US$ 1,9 Miliar)

Secara keseluruhan, populasi Tiongkok mencapai 20 %  penduduk dunia. Hal tersebut merupakan pasar potensial bagi ekspor Indonesia yang mulai terdampak oleh ketidakpastian perekonomian global akibat perang dagang.

Saat ini, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita melakukan kunjungan dagang ke Negeri Panda itu untuk mendorong ekspor, terutama dari produk-produk unggulan seperti CPO, buah-buahan, dan sarang burung walet. "Sebenarnya masih bisa diupayakan berbagai strategi. Yang namanya berdagang atau bekerja, produknya harus bisa  bersaing," kata Heri.

Menurut dia, pemerintah harus segera mengidentifikasi produk atau komoditas unggulan Indonesia untuk dioptimalkan guna meningkatkan ekspor nasional serta menekan defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, sepanjang Januari-Juni 2019, ekspor Indonesia ke Tiongkok turun menjadi  US$ 10,34 miliar dibanding periode sama tahun lalu US$ 11,13 miliar. 

Halaman:
Reporter: Antara