Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menilai investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) belum bisa menggenjot kinerja ekspor. Alasannya, penanaman modal yang masuk berorientasi pada pasar domestik.
Namun, Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta tidak merinci persentase FDI yang berorientasi ekspor maupun domestik. "Investasi asing langsung yang masuk belum mampu menggenjot kinerja ekspor secara signifikan serta tidak berdampak positif terhadap serapan tenaga kerja," kata dia, di Jakarta, Kamis (27/6).
Padahal, Presiden Joko Widodo menginginkan investasi asing langsung yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi yang dimaksud, seperti menghasilkan devisa atau menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar. Selain itu, modal yang masuk diharapkan bisa bersinergi dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta koperasi.
(Baca: Dorong Ekspor, Kemendag Kerja Sama Desain dengan Jepang)
Berdasarkan kajian KEIN, hubungan antara investasi asing langsung dengan ekspor di Indonesia masih rendah. Ia memberi contoh, setiap US$ 100 investasi asing langsung yang masuk ke Indonesia hanya berkontribusi US$ 1 terhadap devisa.
Di Malaysia, setiap US$ 100 investasi asing langsung yang masuk berkontribusi US$ 1,5 terhadap devisa. "Dari sisi produktivitas atas dasar FDI yang masuk, Malaysia lebih produktif (dibanding Indonesia),” kata dia.
Oleh karena itu, ia berharap investor yang menanamkan modalnya di Indonesia masuk ke sektor yang menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, ia berkeinginan agar penanam modal fokus pada UMKM dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Dengan begitu, ia optimistis investasi yang masuk bisa menggenjot kinerja ekspor.
Supaya kontribusi investasi asing langsung terhadap ekspor meningkat, ia menyarankan agar investor bekerja sama dengan swasta nasional dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Selain itu, ia menekankan penanam modal untuk berorientasi pasar dalam negeri dan ekspor. "Saya rasa ke depan harus ekspor," katanya.
(Baca: Peluang dari Perang Dagang Cina, Kemendag Bidik Ekspor Furnitur ke AS)
Adapun data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 68,46 miliar sepanjang Januari-Mei 2019. Realisasi tersebut turun 8,61% dibanding periode sama tahun lalu. Sedangkan impor Januari-Mei 2019 mencapai US$ 70,60 miliar atau turun 9,23% dibanding tahun lalu.