Kementerian Perdagangan menaikkan target pertumbuhan ekspor nonmigas tahun ini menjadi 8% atau sebesar US$ 175,8 miliar dari sebelumnya dipatok tumbuh 7,5% . Peningkatan ini diharapkan seiring bertambahnya akses pasar dan ekspor produk industri olahan.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan target itu diharapkan bisa dicapai dengan peningkatan kapasitas industri. "Selain itu, Kementerian juga akan melakukan percepatan perjanjian dagang," kata Enggar dalam keterangan resmi, Kamis (18/4).
Sepanjang tahun lalu, ekspor nonmigas tercatat sekitar US$ 162,8 miliar. Pemerintah tengah mendorong industri 4.0 dengan mendorong penerapan sejumlah infrastruktur teknologi. Tercatat, ada lima sektor prioritas di era Industri 4.0 yaitu makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, dan kimia.
(Baca: Marak Proteksi Dagang, Mendag Sebut Mustahil Setop Impor)
Untuk industri dan produk tekstil (TPT), ekpornya diproyeksikan meningkat hingga 30% pada 2019. Selain itu, ekspor produk makanan dan minuman juga diprediksi akan meningkat dan semakin kompetitif.
“TPT kini merupakan salah satu produk andalan ekspor Indonesia yang terus tumbuh dan tidak bergantung pada bahan baku dan bahan penolong impor, serta memiliki pasar yang besar di dalam negeri,”ujarnya.
Untuk mendorong peningkatan ekspor produk dalam negeri, Enggar memaparkan ada sejumlah strategi yang akan digunakan pemerintah. Misalnya, memfokuskan ekspor pada produk industri olahan yang bernilai tambah tinggi dan diversifikasi produk ekspor.
Kemudian, fokus pada pembukaan pasar baru, mengelola tata niaga impor dengan lebih baik, meninjau perjanjian perdagangan yang ada, menjalin kerja sama dengan mitra-mitra dagang yang baru.
(Baca: Kuartal I 2019, Ekspor Makanan Minuman Olahan Diramal Tembus Rp 28 T)
Penyelenggaraaan forum bisnis dan penjajakan bisnis di negara mitra juga akan terus digiatkan sambil terus mengembangkan potensi ekspor jasa dan ekonomi kreatif, serta meminimalkan tindakan hambatan dagang terhadap Indonesia.
Dalam hal perjanjian perdagangan, Kementerian terus mempererat kerja sama dengan mitra-mitra dagang utama. Contohnya dengan Korea, Indonesia telah mengaktivasi kembali Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA). Dengan perjanjian kerja sama ini, perdagangan bilateral Indonesia dengan Korea ditargetkan meningkat menjadi US$ 30 miliar pada 2022
Selain itu, Indonesia juga telah merampungkan proses negosiasi dagang yang berujung pada ditekennya Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
(Baca: Perbaiki Neraca Dagang, Kemendag Petakan Potensi Ekspor Jasa)
Enggar menegaskan, upaya peningkatan ekspor ini bukan hanya untuk untuk industri besar saja, tetapi juga dengan mendorong dan mengembangkan sektor usaha kecil dan menengah (UKM) yang berorientasi ekspor. Menurut dia, Indonesia kini sedang membentuk reputasi sebagai negara dengan perekonomian yang layak diperhitungkan dalam lingkup perekonomian dunia.
Perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata 5,2% dan kini menempati peringkat ke-16 sebagai ekonomi terbesar di dunia, dan peringkat ke-4 sebagai tempat tujuan investasi terfavorit di dunia. “Pada tahun 2050, Indonesia diprediksi akan menjadi ekonomi terbesar ke-3 di Asia dan ke-4 di dunia,” ujarnya.