Kementerian Perindustrian mendorong sektor industri kecil dan menengah (IKM) nasional untuk memanfaatkan teknologi digital. Dengan menguasainya, mereka diharapkan mampu berdaya saing di tingkat internasional.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, saat ini, IKM sebagai bagian dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mencapai 4,4 juta unit usaha atau sekitar 99 persen dari seluruh unit usaha industri di Indonesia. Dari jumlah tersebut mampu menyerap tenaga kerja 10,5 juta orang atau 65 persen dari total tenaga kerja sektor industri.
(Baca juga: Ketika Para Pengusaha Wanita Berbagi Tip Sukses Berbisnis)
Ada empat aspek, menurut Airlangga, yang dapat membentuk IKM lebih berdaya saing di pasar global. Faktor tersebut yakni mempunyai ciri khas produk, pengembangan produk dan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, pemanfaatan era digital, dan pola pemasaran yang baik. “Kita telah memasuki era ekonomi digital, di mana model bisnis yang banyak dijalankan berbasis teknologi informasi dan komunikasi,” kata Airlangga dalam keterangan resminya, Kamis (21/3).
Untuk meningkatan aspek ciri khas produk, salah satunya, pemerintah memberikan penghargaan One Village One Product (OVOP). Harapannya, terbentuk pengembangan produk unggulan khas dari daerah sehingga mampu menembus pasar global. Untuk pengembangan produk, Kementerian memfasilitasi Standar Nasional Indonesia (SNI), sertifikasi Good Manufacturing Practices (GMP), dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).
Selanjutnya, dalam membangun SDM berkualitas melalui pendidikan vokasi dual system model Jerman. Lalu ada pembangunan politeknik atau akademi komunitas di kawasan industri, serta pembangunan link and match Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, pemanfaatan era digital pun penting melalui penumbuhan startup pada bidang teknologi industri 4.0.
Sedangkan aspek pola pemasaran yang baik dengan meluncurkan program e-Smart IKM. Dengan program ini, pemerintah mempertemukan IKM dengan marketplace untuk perluasan akses pasar, sehingga produk IKM dapat dipasarkan secara offline dan online. “Nantinya produk IKM dalam negeri dapat membanjiri e-commerce ,” kata Airlangga.
(Baca: Literasi Digital UMKM, Katalis Pertumbuhan Ekonomi)
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyebutkan program e-Smart IKM di 34 provinsi telah melibatkan beberapa pihak. Mereka di antaranya Bank Indonesia, Bank Negara Indonesia, Google, iDeA serta Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Tak tertinggal pula pemerintah provinsi, kota dan kabupaten. “Juga telah bekerja sama dengan marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia,” kata Gati.