Incar Penurunan Tarif Sawit, RI Siap Buka Pasar Gula dari India

ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Para pekerja menata gula hasil penyerapan di Gudang Bulog Divre Jatim, Sidoarjo, Jawa Timur, 20 April 2017.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
25/2/2019, 11.11 WIB

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita kembali meyakinkan India untuk menurunkan bea masuk minyak kelapa sawit olahan asal Indonesia. Sebagai gantinya, pemerintah mengimingi India dengan membuka impor gula mentah sebagaimana yang telah dibahas sejak Juli 2018.

India masih mengenakan tarif minyak kelapa sawit olahan (RBDPO) Indonesia sebesar 50%. Pengenaan tarif ini lebih tinggi 5% daripada Malaysia yang telah memiliki perjanjian dagang bilateral. Oleh karena itu, pemerintah meminta sawit  Indonesia dikenakan tarif yang sama melalui skema ASEAN-India Free Trade Agreement.

 "Sebagai imbalan penurunan tarif, kami bersedia membuka akses pasar untuk gula mentah yang dibutuhkan oleh industri nasional," ujarnya.

(Baca: Saingi Malaysia, RI Berupaya Minta Pengurangan Tarif Sawit ke India)

Enggar bertemu Menteri Perdagangan, Perindustrian, dan Penerbangan Sipil India Suresh Prabu dalam agenda pertemuan bilateral di New Delhi, India, Jumat (22/2). Menurut Enggar, kualitas gula India yang bagus mampu bersaing di pasar internasional.

"Gula mentah India dapat dijadikan sebagai salah satu sumber impor untuk pasokan produk gula mentah yang selama ini berasal dari Thailand dan Australia,” katanya dalam keterangan resmi Kementerian Perdagangan.

Dia menambahkan, Suresh Prabu memberikan respons positif terhadap rencana kerja sama dagang itu. Hal itu akan ditindaklanjuti pejabat teknis terkait dari kedua negara dalam pemenuhan permintaan pengurangan hambatan perdagangan.

Kesepakatan pengurangan tarif impor sawit India telah lama diharapkan pengusaha sawit. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Mukti Sardjono sebelumnya mengatakan pihaknya berharap pembicaraan bilateral bahnyak mengarah pada pengurangan tarif impor produk sawit.

"Sehingga tidak ada perbedaan impor tarif produk sawit Indonesia dari Malaysia," kata Mukti.

(Baca: Mendag Khawatir Lonjakan Hambatan Non-Tarif Dunia 3 Kali Lipat)

Sementara itu, pengusaha gula asal India tahun lalu sebelumnya juga pernah datang dan meminta supaya bea masuk impor gula sebesar 10%. Padahal, tarif impor gula dari Australia dan Thailand hanya sebesar 5%. Namun, pemerintah mengaku tidak membatasi impor dari India, meski tidak ada penurunan tarif.

Dalam upaya penurunan tarif sawit dan olahan ke India yang naik berkali-kali selama dua tahun terakhir, Indonesia telah membuka pasar daging kerbau beku. Pada tahun 2018 dan 2019, alokasi pembukaan pasar impor komoditas itu masing-masing sebesar 100 ribu ton.

Reporter: Michael Reily