Mendag Selipkan Produk Mayora dalam Imbal Dagang Sukhoi Rusia

ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Petugas memandu pesawat tempur Sukhoi-30 MK2 yang hendak parkir usai berpatroli di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste dan perbatasan Indonesia-Australia di Kupang, NTT, Kamis, (2/3).
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
7/2/2019, 11.52 WIB

Presiden Direktur PT Mayora Indah Tbk (MYOR) Andre Atmadja menuturkan untuk membangun pabrik di sana, ada skala ekonomis yang harus dipenuhi terlebih dulu. Misalnya dengan meningkatkan volume ekspor perusahaan hingga lima kali lipat. 

Pada tahun lalu, ekspor Mayora ke Rusia baru mencapai  1.000 kontainer senilai US$ 20 juta. Artinya, jika ingin membangun pabrik di Rusia dengan investasi senilai US$ 100 juta, maka Mayora minimal harus mampu mengekspor produknya sebanyak 5.000 kontainer untuk memenuhi pasar di sana.“Kami ingin pembangunan pabrik sudah mencapai skala keekonomian,” kata dia.

(Baca: Tumbuh di Bawah Ekspektasi, Industri Makanan Terancam Daya Beli)

Sementara itu, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva juga berharap Mayora bisa merealisasikan  pembangunan pabrik di Rusia. Dia pun berjanji mendorong permintaan pasar makanan dan minuman buatan Mayora.

Terkait imbal dagang, Lyudmila menjelaskan daftar komoditas masih terus berlangsung antara kedua negara. Dia pun mengaku tidak membatasi komoditas Indonesia apa saja yang akan ditukar, seperti minyak kelapa sawit.

Karenanya, komoditas sawit dan produk makanan minuman Mayora akan memperoleh prioritas dari Rusia. “Pembelian setiap tahun semakin bertambah kami ingin impor secara besar-besaran,” kata Lyudmila.

Sejauh ini, Kementerian Pertahanan baru melakukan pembelian dua unit Sukhoi Su-35. Rencananya, kedua Sukhoi bakal tiba pada Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 5 Oktober 2019.

Halaman:
Reporter: Michael Reily