Kementerian Perdagangan menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas tahun ini tetap melaju di kisaran 7,5% menjadi US$ 175,9 miliar dari proyeksi ekspor non migas tahun lalu sebesar US$ 163,6 miliar. Target pertumbuhan tersebut relatif sama dengan pertumbuhan tahun lalu seiring dengan kondisi perekonomian global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor nonmigas Januari-November 2018 sebesar US$ 150,14 miliar, tumbuh 7,47% dibandingkan periode yang sama tahun 2017. Padahal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) menargetkan ekspor tumbuh sebesar 8,5%.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan pemerintah memasang target ekspor moderat di tengah tantangan ekonomi global dan domestik. "Terjadi perlambatan pada pertumbuhan ekonomi dunia, sehingga permintaan berkurang," kata Enggar di Jakarta, Kamis (10/1).
(Baca: Tak Capai Target, Mendag Prediksi Pertumbuhan Ekspor 2018 hanya 7,5%)
Menurutnya, perekonomian global saat ini hanya tumbuh 3,7%, sementara volume perdagangan dunia hanya meningkat 4%. Demikian halnya dengan proyeksi impor negara maju hanya tumbuh 4% dan negara berkembang naik 4,8%.
Namun di tengah tantangan perekonomian negara dunia yang sedang melambat saat ini, target pertumbuhan 7,5% menurutnya cukup optimistis. Ke depan, Kementerian Perdagangan masih akan melakukan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) untuk mematangkan target ekspor.
Rakernas Kementerian Perdagangan itu pun rencananya bakal digelar pada bulan Februari mendatang. "Kami akan mendiskusikan target ekspor dengan para pelaku usaha dan pemangku kepentingan lain," ujar Enggar.
Penguatan Ekspor
Selain perlambatan ekonomi, faktor lain yang menjadi pertimbangan target ekspor adalah harga komoditas nonmigas yang prediksi akan menguat. Indonesia masih bergantung pada komoditas berbasi alam seperti minyak sawit, karet, kopi, kakao, teh, udang, serta kayu gergaji untuk menambah devisa negara.
"Harga aluminium, tembaga, nikel, dan timah juga akan naik sekitar 0,9%," kata Enggar.
(Baca: Prospek Perdagangan 2019: Dihantui Perang Dagang dan Tekanan Ekspor)
Di luar itu, pemerintah juga tengah berupaya mendorong ekspor komoditas berbasis industri, contohnya batu bara, besi baja, kendaraan bermotor, produk kimia, plastik, pakaian jadi, serta barang dari kayu.
Pertumbuhan ekspor juga diharapkan didukung oleh kenaikan ke negara mitra dagang utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Prediksinya, pertumbuhan ekonomi tiga pasar utama yaitu AS 2,5%, Tiongkok 6,2%, serta Jepang 0,9%.