Genjot Daya Saing, JK Sebut RI Bisa Tiru Prinsip Industri Tiongkok

Arief Kamaludin|Katadata
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
8/1/2019, 15.09 WIB

Namun, ia mengakui masih ada sejumlah kekurangan untuk meningkatkan daya saing. Karena itu, menurutnya aturan perpajakan hingga  kemudahan izin investasi harus diperbaiki guna meningkatkan daya saing dalam negeri.

Selain itu, ekspor yang masih mengandalkan produk-produk berbasis sumber daya alam (SDA) harus didorong dengan pemanfaatan teknologi agar bisa memberi nilai tambah. "SDA tetap jadi SDA apabila tidak ada teknologi," ujarnya.

Oleh karena itu, pemerintah saat ini tengah fokus menyiapkan sumber daya manusia yang bisa meningkatkan ekspor  serta tidak hanya mengandalkan komoditas berbasis SDA. Dengan begitu, ke depan dia berharap produk ekspor Indonesia dapat memiliki nilai tambah yang lebih baik.

Ketidakpastian perekonomian dunia dikatakan terus memberi memberi tekanan terhadap kinerja ekspor Indonesia. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sebelumnya memprediksi realisasi pertumbuhan ekspor nonmigas sepanjang 2018 hanya akan mencapai 7,5%, lebih rendah dari target yang ditetapkan Kemendag sebelumnya yakni sebesar 11%.

Enggar mengatakan pihaknya mencoba realistis dengan situasi saat ini. Dia pun menyebut capaian 7,5% masih berada di atas target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 6,8%. "Saya mau realistis saja, tidak sesuai target," kata dia di Jakarta, Senin (7/1).

Enggar juga menyebut realisasi ekspor nonmigas yang diprediksi 7,5% sudah cukup baik karena telah melampaui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) sebagai syarat menggaet pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan ekspor nonmigas sepanjang Januari hingga November 2018 tumbuh sebesar 7,47% dibandingkan Januari sampai November 2017.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika