United States Soybean Export Council (USSEC) memperkirakan pertambahan ekspor kedelai negaranya ke Indonesia pada tahun depan naik 3%. Tahun ini, eksportir AS mengungkapkan ekspor kedelai mencapai 2,5 juta ton.
Regional Director USSEC Timothy Loh menyatakan peningkatan ekspor kedelai kepada Indonesia tergantung pada besar kecilnya permintaan. "Peningkatan volume ekspor biasanya berdasarkan kenaikan konsumsi masyarakat," kata Timothy di Jakarta, Senin (17/12).
(Baca: Kementan Minta Petani Manfaatkan Pelemahan Rupiah untuk Tanam Kedelai)
Menurut USSEC, Indonesia adalah salah satu pasar ekspor kedelai terbesar AS di Asia Tenggara. Alasannya, Indonesia menyumbang 28% terhadap total ekspor kedelai AS di ASEAN dengan total volumenya mencapai 9 juta ton.
Dia menjelaskan, sekitar 95% ekspor kedelai digunakan untuk pembuatan tahu dan tempe, sisanya untuk produk manufaktur dalam bentuk makanan dan minuman serta susu kedelai. Namun peningkatan pasokan, biasanya mempengaruhi harga kedelai. "Sebagai dampak perang dagang, harganya sekarang cukup kompetitif," ujar Timothy.
Menurutnya, perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah membuat permintaan berkurang. Oleh karenanya USSEC tengah mencari alternatif pasar untuk menjual kedelai. Salah satu mitra dagang alternatif adalah Uni-Eropa yang ekspornya meningkat 40%.
(Baca: Konsumsi Tempe Turun, Impor Kedelai Menyusut )
Senior Director Marketing USSEC Paul Burke mengungkapkan penjualan kepada mitra dagang akan disetai jasa bantuan teknis untuk memperlancar perdagangan. Alasannya, pengusaha AS ingin memastikan rantai suplai ekspor ke AS lebih mudah untuk importir Indonesia.
Selain itu, fasilitas Corporate Social Responsibility (CSR) juga akan disediakan untuk menjaga pasar ekspor. "Kami berupaya untuk menyesuaikan diri terutama untuk aspek keberlanjutan produk," ujar Paul.