Produk pertanian dan perikanan yang menjadi kepentingan utama Indonesia dalam rangka perluasan akses pasar ke Jepang akhirnya menemui titik terang. Hal itu diketahui setelah agenda General Review yang diadakan Indonesia dan Jepang terkait Perjanjian Kemitraan Ekonomi (IJEPA) dalam pertemuan ke-10 di Jepang yang digelar 26 hingga 29 November 2018.
Pada pertemuan itu, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan, Ni Made Ayu Marthini sedangkan Delegasi Jepang dipimpin Deputi Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Jepang, Keiya Lida.
“Sebagaimana kesepakatan kedua negara untuk menyelesaikan GR-IJEPA secepat mungkin di tahun ini, pertemuan Komite Bersama ke-10 telah menunjukkan adanya titik temu serta kemajuan yang cukup signifikan dalam mencapai landing zone perundingan GR-IJEPA dengan hasil yang seimbang,” kata Made dalam keterangan resmi, Selasa (4/12).
(Baca: Indonesia Bahas Isu Sawit dalam Review Perjanjian Dagang dengan Jepang)
Made mengungkapkan, Indonesia juga membahas isu kelapa sawit dan memperjuangkan agar sertifikasi kelapa sawit Indonesia atau Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dapat diakui Pemerintah Jepang. Selanjutnya, delegasi kedua negara akan bertemu kembali pada awal 2019 untuk menyelesaikan outstanding issues.
Pembahasan isu perdagangan jasa meliputi perluasan dan pendalaman komitmen kedua negara yang termasuk pemberian pengembangan kapasitas bagi Indonesia. Dalam pembicaraan kerja sama sumber daya manusia, Indonesia dan Jepang berhasil menyelesaikan secara substantif revisi nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara BNP2TKI dan JICWELS terkait pengembangan penempatan tenaga kerja Indonesia di Jepang.
(Baca : Indonesia Pacu Ekspor Desain Produk ke Jepang)
Made optimistis peningkatan perdagangan dan investasi dua arah bisa dicapai berdasarkan prinsip berkesinambungan dan saling menguntungkan. Upaya perluasan akses pasar produk potensial merupakan fokus utama Indonesia dalam GR-IJEPA, khususnya pada sektor perikanan, industri, pertanian, dan kehutanan.
Selain itu, Indonesia juga menjelaskan hasil pematangan proposal kerja sama yang diharapkan bersifat saling menguntungkan bagi kedua negara, seperti tenaga kesehatan, pertanian, dan ekonomi kreatif. Kemudian, ada juga pembahasan awal usulan kerja sama di bidang Industri termasuk “New Manufacturing Industry Development Center (MIDEC)” dalam mendukung pengembangan program Industri 4.0.
Kedua pihak juga membahas kerja sama dan pengadaan barang/jasa pemerintah serta pertemuan informal isu perbaikan lingkungan usaha dan peningkatan kepercayaan bisnis. "GR-IJEPA merupakan momentum yang baik untuk merundingkan kembali perluasan akses pasar kedua negara, serta peningkatan kerja sama ekonomi yang lebih luas," ujar Made.