Tahun Politik 2019, Industri Makanan Minuman Diprediksi Tumbuh Stagnan

ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Penulis: Ekarina
12/11/2018, 15.49 WIB

"Produsen makanan minuman besar, termasuk juga pada retail modern masih menahan kenaikan harga hingga tahun depan untuk menjaga daya beli masyarakat," kata Adhi sebelumnya.

(Baca: Margin Perusahaan Makanan Minuman Menyusut seiring Pelemahan Rupiah)

Beberapa produsen juga mulai menyiasati kenaikan biaya produksi dengan melakukan efisiensi seperti dengan menggunakan bahan baku alternatif, menyiasati dari segi ukuran maupun kemasan.

Adhi pun berharap pemerintah segera mengatasi masalah nilai tukar rupiah yang lambat laun diakuinya cukup memberatkan kinerja industri, seperti dengan membenahi kebijakan yang bisa berdampak terhadap penurunan ongkos logistik, mendorong ketersediaan bahan baku dalam negeri atau pembenahan hulu dan hilir untuk industri mamin jika ingin menjadikannya sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, untuk kebijakan jangka pendek pihakanya juga mengusulkan adanya pemberian insentif seperti melalui  subsidi bunga ekspor serta melalukan percepatan perundingan kerja sama dagang agar pelaku industri bisa segera melakukan penetrasi produknya ke negara tujuan ekspor yang belum pernah dijangkau.

"Saat ini pengusaha masih sulit mengakses pasar misalnya ke Afrika yang memiliki hambatan tarif yang tinggi sebesar 30% lebih,"katanya.

Industri makanan minuman merupakan salah satu sektor industri andalan seiring dengan pertumbuhannya yang selalu berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Kementerian Perindustrian mencatat, pada kuartal III 2018 industri makanan minuman tumbuh sekitar 10,7%, melampaui pertumbuhan ekonomi di periode yang sama sebesar 5,17%.

Halaman: