Tahan Pelemahan Harga CPO, Pemerintah Siapkan Dua Strategi Kebijakan

Arief Kamaludin|KATADATA
Buah kelapa sawit hasil panen di salah satu perkebunan di Riau.
Penulis: Ekarina
1/11/2018, 15.08 WIB

(Baca: Permintaan Global Belum Membaik, Gapki Estimasi Ekspor CPO Turun 5%)

"Sawit penting sebagai penghasilan devisa, pengembangan komoditas dengan keunggulan komparatif, dan kontribusi positif terhadap pendidikan dan kesehatan," kata Darmin pada saat acara Indonesian Palm Oil Conference di Bali, Kamis (1/11).

Menurutnya, pemerintah akan terus mendorong sektor kelapa sawit sejalan dengan prinsip berkelanjutan. SDGs dan juga menjadi panduan negara internasional dalam implementasi ekonomi berkelanjutan.

Berdasarka data Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), elastisitas produksi kelapa sawit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 2,46%. Alhasil, setiap kenaikan 1% produksi kelapa sawit akan memberikan efek multiplier peningkatkan 2,46% dari total pendapatan nasional. Tahun 2017, kinerja ekspor sawit meningkat sebesar 25,73% menjadi Rp 307 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, penguatan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) masih mengkaji adopsi nilai SDGs 2015-2030 dalam prinsip dan kriterianya. Sejauh ini, ISPO sudah mengadaptasi 12 dari 17 tujuan dari SDGs 2015-2030, terutama pertumbuhan inklusif dan pengentasan kemiskinan.

Darmin menekankan, masih banyak ruang untuk adopsi nilai-nilai SDGs 2015-2030 ke dalam prinsip dan indikator ISPO kedepan. "Keberlanjutan menjadi kata kunci yang harus dilaksanakan pada pengembangan sektor kelapa sawit” ujarnya.

Halaman:
Reporter: Michael Reily