Pengusaha Amerika Serikat (AS) minta Indonesia meningkatkan regulasi yang lebih ramah investasi untuk membuka peluang kegiatan penanaman modal di dalam negeri. Sebab, regulasi yang ada saat ini dinilai masih banyak yang menghambat sehingga kerap menjadikan perusahaan yang semula berminat berinvestasi mundur teratur.
Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr. menyatakan pemerintah Indonesia perlu mendorong inisiatif swasta. "Peraturan yang dibuat dengan niat yang baik seringkali menghasilkan konsekuensi yang sebenarnya tidak diinginkan," kata Donovan di Jakarta, Kamis (27/9).
Dia mencontohkan, seperti persyaratan konten dan produksi lokal justru dinilai menghambat kemitraan ekonomi. Menurutnya, perusahaan teknologi kemungkinan akan mundur jika harus memproduksi secara lokal dengan hak paten. Kemudian, perusahaan internet dan pelayanan finansial pun enggan ikut serta jika ada keterbatasan data lintas batas.
(Baca : BKPM Sebut Rupiah dan Politik Penyebab Rendahnya Investasi Kuartal II)
Donovan menjelaskan, penggerak terbaik investor baru adalah iklim bisnis di Indonesia. "Perlakuan terhadap mitra ekonomi adalah sinyal untuk kemitraan yang lebih luas lagi," ujarnya.
Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) investasi AS di Indonesia pada 2017 tercatat sekitar US$ 1,99 miliar dengan kontrubusi sekitar 6,2% terhadap total nilai investasi tahun lalu sebesar Rp 692,8 triliun.
Sementara investasi terbesar tahun lalu masih berasal dari Singapura dengan share 26,2% senilai US$ 8,4 juta diikuti Jepang 15,5% senilai US$ 4,99 milar, dan Tiongkok 10,4% dengan nilai US$ 3,36 miliar.
(Baca: Sri Mulyani Soroti Rendahnya Pertumbuhan Investasi Kuartal II)
Meski demikian, pola investasi AS di Indonesia mulai mengalami pergeseran ke sektor jasa dan pariwisata dari semula di sektor pertambangan
Pada semester pertama 2018 misalnya, investasi AS lebih terarah untuk sektor hotel dan restoran terutama di Jakarta sebesar 80,7%. Investasi hotel dan restoran menyumbang sebesar 57,5% terhadap keseluruhan investasi AS.
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro berharap pola itu terus berlanjut. "Investasi AS masih terus bisa bertambah," kata Bambang.
Selain itu, dia berharap investasi AS ke depan bisa lebih mengarah kepada sektor industri manufaktur yang mempunyai nilai tambah untuk produk ekspor. Sebab, secara keseluruhan, investasi asing di Indonesia untuk sektor industri menurun dari 54,8% pada 2016 menjadi 39,6% tahun 2017.
(Baca: Optimisme Pelaku Usaha Menurun pada Kuartal III 2018)
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menekankan pemerintah memang harus membuka kesempatan proyek kepada pengusaha, baik asing maupun lokal. Sebab, ketidakpastian iklim bisnis membuat investasi semakin berkurang.
Dia mengungkapkan akselerasi pertumbuhan ekonomi penting untuk ditingkatkan, tetapi kualitas juga perlu diperhatikan. "Saya menegaskan tentang implementasi realisasinya," ujar Shinta.
Sementara itu, Secretary Governor American Chamber Mark Winkel mengungkapkan sentimen politik dan sosial sewaktu Pemilihan Presiden tahun 2019 menjadi salah satu pertimbangan pengusaha AS untuk investasi. Namun, dia menjelaskan pengusaha AS akan siap dengan perhitungan jika pemerintah Indonesia siap berkomitmen.
Dia juga menyebutkan investasi di bidang industri yang bernilai tambah memang menjadi salah satu solusi untuk peningkatan kerja sama kedua negara. "Kami ingin lihat bagaimana cara kami membantu peningkatan tersebut," kata Winkel.