PT Angkasa Pura (AP) II akan mengajukan secara resmi proposal terkait tender pengelolaan Bandara Clark di Filipina pada 20 September mendatang. Ekspansi ke luar negeri ini bertujuan untuk mengukur kapabilitas dan kemampuan perusahaan di kancah internasional.
“Saya rasa bagus, BUMN berkiprah di internasional. Apalagi yang di core kompetensinya,” kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (6/9).
AP II mengajukan tender tersebut melalui konsorsium yang beranggotakan 3-4 perusahaan internasional. Sejauh ini, AP II merupakan satu-satunya perusahaan asal Indonesia di dalam konsorsium tersebut. (Baca: Terminal 1 dan 2 Bandara Soekarno-Hatta Khusus Penerbangan Murah)
Awaluddin mengatakan, konsorsium tersebut terdiri dari beberapa elemen, yaitu operator bandara, maskapai penerbangan, perusahaan swasta, dan investor. Meski begitu, dia tidak mau menyebutkan secara detail karena masih dalam persiapan dokumen.
“Nanti BCDA-nya (Bases Conversion Development Authorities) Filipina yang umumkan konsorsiumnya siapa saja,” ujar Awaluddin. BCDA merupakan BUMN milik Filipina yang saat ini menjadi operator di Bandara Clark.
Sebelumnya, maskapai AirAsia Group sempat menyatakan tertarik untuk mengelola Bandara Clark bersama AP II. CEO AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan mengatakan secara group, AirAsia bekerja sama dengan pemerintah Filipina dalam pengembangan Bandara Clark.
“Jadi kita bekerja sama dengan AP II, bahkan kita menggandeng mereka. Kita harapkan di Indonesia kita juga diajak (mengelola bandara),” katanya pada awal Agustus lalu di Jakarta.
(Baca: AirAsia Ajukan Minat Bangun Terminal 4 Bandara Soekarno-Hatta)
AirAsia menilai, Bandara Clark memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa, terutama untuk pasar penerbangan berbiaya murah alias Low Cost Carrier (LCC) di Filipina. "Kami percaya Clark dapat menjadi hub LCC terbesar di Filipina," kata perwakilan AirAsia kepada Katadata.co.id, Kamis (6/9).