Tiru Indonesia, Malaysia Dorong Permintaan CPO dengan Biodiesel

Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya di Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
28/8/2018, 06.00 WIB

Malaysia berupaya meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) untuk mengerek harga internasional. Salah satu caranya adalah mengaplikasikan program mandatori biodiesel, sama seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia.

Deputy Minister of Primary Industry Malaysia Shamsul Iskandar Mohd Akin mengatakan menemui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution secara tidak resmi. “Kami sedang mengumpulkan para pelaku usaha untuk mengikuti program biodiesel Indonesia,” kata Shamsul di Jakarta, Senin (27/8).

Dia menyebut, program mandatori biodiesel dapat meningkatkan permintaan dalam negeri yang bisa mengerek harga CPO global. Saat ini Malaysia baru mampu menjalankan program pencampuran minyak nabati 10% dengan solar (biodiesel 10%/B10).

(Baca : Jokowi: Penerapan Biodiesel 20% Bisa Kerek Harga Sawit US$ 100 Per Ton)

Namun mandatori B10 Malaysia belum bisa diimplementasikan karena  masih menunggu Nota Keuangan pada bulan November. Namun, Shamsul mengaku sudah melakukan pembahasan dengan para pelaku usaha sawit.

Menurutnya, Malaysia dan Indonesia harus bisa mengontrol suplai sebagai produsen CPO terbesar dunia dengan kontribusi yang mencapai 90%. “Kita seharusnya berkolaborasi, bukan berkompetisi,” ujar Shamsul.

Selain meningkatkan permintaan dalam negeri, Malaysia juga berupaya untuk membuka pasar baru seperti Afrika Utara. Adapun skema perdagangan yang digunakan antara negara berkembang bukan perdagangan barang. Alhasil, Malaysia menerapkan investasi dalam sektor perkebunan seperti sawit dan kakao.

Seiring dengan visi yang sama antar kedua negara, Indonesia dan Malaysia juga melakukan langkah strategis untuk pengembangan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC). Rencananya, Kolombia juga akan ikut serta menjadi anggota ketiga CPOPC.

(Baca: Jokowi Incar Penghematan Devisa Rp 300 Miliar Per Hari dari Biodiesel)

Executive Director CPOPC Mahendra Siregar juga membenarkan langkah keikutsertaan Kolombia. Mahendra mengungkapkan, Kolombia merupakan produsen sawit terbesar di Amerika Latin dengan pertumbuhan dan rencana besar untuk pengembangan ke depan.

Menurutnya, keanggotaan Kolombia akan semakin memperkuat posisi bahwa sawit sebagai komoditas andalan sejumlah negara berkembang untuk kesejahteraan dan kemajuan masyarakatnya.

“Kami sedang memproses aplikasi Kolombia sebagai anggota CPOPC,” kata Mahendra.

(Baca: Biodiesel dan Pariwisata Jadi Andalan Lawan Defisit Transaksi Berjalan)