Harga Naik, Bulog Diminta Distribusikan Beras Pemerintah

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Stok beras di gudang Bulog.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
27/8/2018, 17.04 WIB

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pun mengatakan operasi pasar  harus akan dilakukan segera. Sebab, kenaikan harga beras tak bisa dibiarkan terlalu lama agar tak mengganggu daya beli masyarakat hingga akhirnya mengerek inflasi.

Dia pun menargetkan, harga beras berada tetap berada pada kisaran Harga Eceran Tertinggi (HET) sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2017. “Kalau harga naik, masyarakat yang rugi,” ujar Enggar.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan hal yang sama. Rakortas juga telah menghitung kebutuhan masyarakat terhadap harga beras supaya tidak mengganggu target inflasi 3,5%.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras medium rata-rata nasional saat ini terpantau sudah mencapai Rp 11 ribu per kilogram. Padahal, HET beras per kilogram berada pada rentang Rp 9.450, Rp 9.950, serta Rp 10.250.

Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa  menjelaskan harga rata-rata satu kilogram gabah kering panen di tingkat petani naik Rp 200 dalam waktu 2 pekan. “Produksi padi terganggu karena kekeringan dan bisa menyebabkan 30% hasil panen berkurang,” katanya, pekan lalu.

(Baca : Di Bawah Buwas, Bulog Masih Enggan Eksekusi Impor Beras)

Menurut catatannya, harga gabah kering panen per kilogram meningkat drastis dalam dua pekan terakhir, dari Rp 4.407 menjadi Rp 4.613. Lonjakan harga gabah Rp 200 bisa menyebabkan harga beras di tingkat konsumen naik Rp 400 per kilogram.

Menurut Dwi, jika Perum Bulog  menyalurkan beras impor  dalam waktu dekat untuk menjaga harga konsumen, nilai gabah kering panen akan merosot.

Petani yang tengah kesulitan pun bakal makin sengsara jika pendapatannya berkurang. Dwi menjelaskan, harga gabah di tingkat petani yang melonjak cepat menggambarkan gejolak produksi yang berkurang. “Petani susah walaupun harga tinggi tapi produksi merosot,” ujarnya.

Maka dari itu, memerintah dan Bulog diminta untuk tidak melakukan intervensi karena harga beras di tingkat konsumen tidak mencerminkan keadaan petani. Sebab, harga beras di tingkat konsumen saat ini lebih terpengaruh oleh margin distribusi serta keuntungan pedagang.

Halaman: